Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 535-536

Dalam Neraka Vietnam bagian 535-536


bar kecil di sudut ruanganTikam Samurai – Dalam Neraka Vietnam bag.535
“Tuan mau minum apa….?”tanya Ami.
“Duduklah disini..”ujar perwira yang sudah merah mukanya karena kebanyakan minum itu,sambil menepuk pahanya.Menunjukan dimana gadis itu harus duduk.
Karena dimeja itu,semua kursi sudah terisi oleh keenam tentara itu,Ami menarik kursi dari meja disampingnya.Namun niatnya itu tidak kesampaian,sebelum tangannya sempat menyampai sandaran kursi,pinggangnya tiba-tiba sudah diraih oleh si perwira.Kemudian sekali sentak pinggul sintal gadis itu sudah terhenyak di pangkuan si perwira.Selain karena dipengaruhi alkohol,rasa amat berkuasa karena baru saja menang perang,apalagi sudah lama tidak’mencicipi’gadis asing.Membuat siperwira ingin melampiaskan hasratnya.
Tentang kemolekan dan ke montokan si gadis pemilik bar,seorang indo-prancis yang cantik dan bertubuh amat menggiurkan,sudah beredar dari mulut-kemulut para tentara yang bertugas di Kota Da Nang ini.Ketika si gadis menolak untuk dicium,dengan kesombongan seorang penguasa dan pemenang perang,perwira itu merobek blus gadis tersebut.Urutan selanjutnya adalah kemunculan si Bungsu yang kembali untuk mengambil ransel yang berisi pakaian,yang tertinggal waktu dia diusir tadi.
Kini,setelah bar itu tutup,si Bungsu di ajak gadis pemilik bar itu kelantai atas bar tersebut.Sebuah ruangan yang menjadi tempat tinggal si gadis bersama dengan kedua abangnya.Ruangan tamu dilantai atas itu sungguh mewah.Lantainya beralaskan permadani mahal.Ada tape deck,televisi serta Video serta sofa yang amat empuk,semua buatan Amerika.
Ruangan sejuk oleh AC.Tak lama dia duduk sendiri,gadis itu muncul dari kamarnya.Dia sudah mengganti pakaiannya yang compang-camping tadi. Kemudian duduk di sofa persis di depan si Bungsu.Pelipisnya yang sobek di sambar peluru sudah diperban.
“Saya buatkan minuman..?”tanya gadis itu,setelah menatap si Bungsu beberapa saat.
“Anda punya Coca Cola…?”gadis itu mengangguk.
“Dengan es..”tambah si Bungsu perlahan.
Gadis itu berdiri dan berjalan ke bar kecil di sudut ruangan itu.Tak lama dia datang membawa dua gelas Coca Cola,dengan potongan-potongan kecil es didalamnya.
Lalu sepi.
Gadis itu kemudian mengulurkan tangan.Si Bungsu menatapnya.Kemudian menyambut uluran tangan itu.
“Nama saya Ami florence.Ibu saya orang Vietnam,dan Ayah saya seorang Insinyur dari Perancis.Keduanya sudah lama meninggal dunia…”ujar gadis itu memperkenalkan diri.
“Nama saya Bungsu…”
“Anda dari Philipina atau Malaysia?”
“Indonesia…”
“Ooo…Indonesia..”
Sepi beberapa saat.
“Saya benar-benar mohon maaf,karena mengusir anda tadi.Dan..saya tidak tahu harus bagaimana mengatakan terima kasih atas bantuan yang anda berikan…”Ujar gadis itu,perlahan sambil menatap tepat-tepat pada si Bungsu.Si Bungsu menghirup minuman di gelasnya.
“Belum tentu saya membantu.Sebab masalah yang akan Anda hadapi lebih besar lagi.Semua tentara pasti dikerahkan untuk mencari keenam tentara yang sudah jadi mayat itu.Lambat atau cepat pasti ketahui kalau keenam tentara itu terakhir berada di bar ini,dan penyelidikan pasti sampai kesini…”
“Tanpa bantuan anda,apapun akibatnya pilihan hanya satu bagi kami,ternista seumur hidup.Diperkosa dihadapan Abang saya dan karyawan sendiri.Abang saya sudah mencoba menghentikan perbuatan opsir itu dan abang saya harus membayar dengan nyawa..Betapun jua apa yang anda lakukan adalah salah satu hal terbaik yang menyelamatkan nyawa saya,yang takkan pernah saya bisa membalasnya…”
Sepi kembali menggantung diantara mereka berdua.Si Bungsu sudah berniat pamitan.ketika gadis itu kembali membuka pembicaraan.
“Anda nampaknya,baru sampai di Kota Da Nang ini..”si bungsu tak segera menjawab.Dia kembali mengangkat gelasnya,mengirup Coca Colanya.kemudian dia mengangguk.
“Agak aneh juga.Sementara semua orang-orang asing diseluruh Vietnam Selatan sudah angkat kaki.Anda justru datang kenegeri yang sedang dilanda teror ini..”
Mereka bertatapan.Abang Ami Florence tiba-tiba muncul diruang atas bar tersebut.
“Ada dua tentara menggedor pintu.Mereka menanyakan kemana enam teman mereka yang masuk ke bar ini.Saya katakan sudah pergi,bar tutup justru keenamnya pergi.Karena kita sedang mempersiapkan hari raya Thanh Minh,kita akan membersihkan kuburan orang tua sore ini…”
“Lalu mereka pergi setelang penjelasan abang..?”
“Ya…”
“Mereka tidak menaruh curiga..?”
“Nampaknya belum..”Abang gadis itu menatap pada si Bungsu.Menghampirinya,mengulurkan tangan.
“Saya Le Duan,abang Ami.Terimakasih atas bantuan Anda.Kami berhutang budi dan berhutang nyawa pada anda…”
Si Bungsu menyambut salam itu.Menyebutkan pula namanya.Kemudian Le Duan kembali turun,karena mengatur banyak hal lagi diruang bawah.
“Apa yang saya katakan tadi,bahwa kalian akan dapat banyak masalah besar,sekarang sudah mulai nampak..”ujar si Bungsu perlahan.
“Apapun resikonya,kami sudah harus siap menghadapi.Peristiwa siang tadi bukan yang pertama saya alami.Dalam minggu ini saja sudah tiga kali.Dua orang pelayan sudah berhenti,karena diperkosa.Yang seorang di perkosa justru diruangan bar,dihadapan beberapa tentara yang lain…”tutur Ami.
“Apa ada kaitannya dengan ras..?”
“Tepatnya ada kebencian yang mendalam terhadap segala yang berbau barat.Apalagi keturunan seperti kami…”ujar Ami memotong ucapan si Bungsu. Kemudian melanjtukan.
“Vietnam sudah ratusan tahun berada dibawah telapak kaki penjajahan perancis.Ketika merdeka terbelah dua,antara utara yang dikuasai komunis,dengan yang diselatan yang pro pada barat.Ketika akhirnya barat kalah dalam hal ini Amerika Serikat,maka dendam yang ratusan tahun itu ingin di balaskan seketika.Kami sebenarnya sudah diingatkan,agar ikut dievakuasi ke Amerika.Sebab,setelah rezim selatan yang ditopang Amerika kalah,bar saya ini memang tempat minum-minum tentara Amerika.Tentu saja kami dicap antek Imperialis..”
Si Bungsu menghirup Coca Cola digelasnya.
“Ingin tambah?”
“Terimakasih.Terimakasih juga untuk minuman gratis anda.Sudah saatnya saya pergi.Saya mohon diri,saya harus mencari penginapan..”ujar si Bungsu sambil meraih ranselnya.
“Anda bisa menginap disini..”ujar gadis itu cepat.
“Apakah bar ini juga berfungsi sebagai penginapan?”ujar si Bungsu sambil memperhatikan ruangan diatas bar itu.
“Tidak.Ini rumah pribadi.Namun saya sangat berterimakasih dan mendapat kehormatan jika anda mau menginap disini.Abang saya memiliki kamar dibawah.Di lantai atas ini ada tiga kamar tidur.Sebuah kamar saya,dua lagi kamar bargirl,para pelayan bar.Dahulu jumlahnya empat orang.Namun kini hanya tinggal dua orang.Kamar yang satu bisa Anda…”ucapannya terputus,karena si Bungsu sudah melangkah pergi.
“Terimakasih jamuan minumnya,Nona…”
“Tidurlah disini,please..”Mereka bertatapan sama-sama terpaku dalam diam.

Dalam Neraka Vietnam-bagian -536
sibungsu
“Nona, Anda belum mengenal saya. Anda sudah melihat di bawah tadi. Betapa saya memiliki keahlian yang nyaris tak tertandingi dalam membunuh orang. Dengan mudah Anda dan saudara lelaki Anda bisa saya habisi dan harta kalian saya rampok….”
“Anda takkan kembali ke bar setelah saya usir, jika Anda benar-benar tidak ingin menolong saya….”
Si Bungsu menatap gadis itu.
“Maksudmu….?”
“Saya tahu, ransel Anda tidak tertinggal. Tetapi Anda tinggalkan dengan sengaja. Agar Anda mempunyai alasan untuk kembali….”
Si Bungsu terdiam
“Saya sarjana psikologi, dan saya mata-mata Amerika. Saya sudah terlatih untuk mengetahui mana yang wajar dan mana yang tidak….”
Mereka bertatapan. Si Bungsu heran dan menyimpan kejut di dalam hati nya mendengar gadis itu menebak dengan tepat apa yang ada dalam hatinya. Terkejut mendengar gadis itu mengaku te¬rus terang bahwa dia mata-mata yang bekerja untuk tentara Amerika.
“Maksudmu, saya sengaja meninggalkan ransel itu agar bisa kembali untuk bertemu denganmu? Konkritnya, saya sengaja meninggalkan ransel itu karena saya tertarik dengan kecantikan wajahmu, dengan tubuhmu yang menggiurkan?” tanya si Bungsu.
“Semula saya menyangka begitu. Saya sudah sering bertemu lelaki yang dalam pertemuan pertama sudah tergila-gila pada saya.
Tuhan menganugerahkan saya wajah indo yang cantik dengan tubuh hampir sempurna karena perkawinan silang Eropa-Asia. Namun dugaan saya salah, setelah melihat Anda menghabisi nyawa keenam tentara itu dengan pisau kecil dari balik lengan baju Anda. Saya segera tahu, Anda tinggalkan ransel karena Anda mempunyai indera keenam yang amat tajam. Yang mampu mencium bahaya yang bakal menimpa kami. Jika uraian saya tadi, yang didasarkan analisa keilmuan yang saya kuasai benar adanya, saya harap Anda menginap disini….” ujar Ami Florence.
Mereka kembali bertatapan. Lama dan saling berdiam diri.
“Bagaimana jika analisa Anda ternyata salah, Nona?”
“Saya yakin apa yang saya simpulkan benar….” ujar Ami.
Mau tak mau si Bungsu kagum pada ketajaman analisis gadis di depannya ini. Ketika diusir tadi, dia memang merasa ada yang aneh menjalari pembuluh darahnya. Perasan itu biasanya datang jika ada bahaya mendekat. Dia tatap orang-orang di dalam bar itu. Tak satu pun yang mengirimkan isyarat bahaya pada dirinya. Dia jadi maklum, bahaya justru akan menimpa orang-orang di hadapannya ini. Oleh karena itu dia langsung tegak dan sengaja meninggalkan ranselnya. Dia tak pergi jauh, hanya di seberang jalan. Tak lama dia tegak di sana, pembenaran firasatnya muncul saat enam tentara Vietkong dia lihat masuk ke bar itu. Dan terjadilah peristiwa itu.
Kini ditatapnya gadis itu, memikirkan tawaran menginap di sana. Dia baru dan asing di kota ini, tak tahu di mana hotel terdekat.
“Sebaiknya Nona tunjukkan saja pada saya hotel terdekat dari sini….”
Ami Florence menatapnya.
“Beri saya kesempatan membalas budimu dengan menyediakan tempat menginap bagimu di sini, please….”
Akhirnya si Bungsu mengalah. Capek dan tak tahu harus kemana, membuat dia menerima tawaran gadis itu. Dia mengangguk. Ami tersenyum, ada lesung pipit di pipinya. Si Bungsu akhirnya juga tersenyum.
“Saya tunjukkan kamarmu….” ujar gadis itu, sembari membawa si Bungsu melintasi lantai beralas permadani.
Ada tiga kamar yang tersusun secara amat artistik. Ami membuka pintu salah satu kamar tersebut. Mengantarkan si Bungsu masuk ke dalam. Masing-masing kamar ditata dengan isi yang mewah,seperti layaknya kamar hotel kelas menengah. Ada kamar mandi dengan bathup, ada telepon dan televisi.
“Untuk saat ini, di seluruh Kota Da Nang Anda takkan mendapatkan tempat menginap sebaik ini. Semua hotel dan penginapan sudah diambil alih tentara. Saya akan ke bawah, Anda istirahatlah. Kita bertemu saat makan malam….” ujar Ami sambil melangkah ke pintu.
Di pintu gadis itu berhenti, memutar badan dan menatap ke arah si Bungsu.
“Saya tahu Anda terkejut ketika tadi saya mengatakan terus terang, bahwa saya adalah anggota spionase di pihak Amerika. Kenapa saya memilih bekerja untuk Amerika, lain kali bisa kita bicarakan. Namun saya punya alasan mengapa saya berani terus terang mengatakan bahwa saya bekerja untuk Amerika. Tak lain karena saya yakin Anda juga berada di pihak Amerika. Paling tidak Anda bersahabat dengan orang Amerika, khususnya dengan tentaranya….”
Si Bungsu kembali merasa kaget atas apa yang diketahui gadis itu tentang dirinya. Namun dia kembali menyimpan saja rasa kagetnya dalam hati.
“Tidak ingin bertanya dari mana saya tahu Anda berada di pihak Amerika, atau berteman dengan tentara Amerika?”
Si Bungsu tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Dia masih tetap tegak denga ransel di bahu.
“Ransel di bahu Anda itu. Bagi orang lain, bahkan bagi sebahagian besar orang Amerika sendiri, mungkin tak melihat perbedaan antara ransel yang Anda bawa dengan puluhan ribu ransel lainnya, yang dipakai tentara Amerika. Ribuan ransel kini bisa dibeli di pasar loak. Baik bekas tentara Perancis, Inggris, Amerika, Cina maupun Rusia.

Tidak ada komentar: