Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 660-661-662

Dalam Neraka Vietnam-bagian 660-661-662


Dalam Neraka Vietnam-bagian-660
si bungsu
Bahwa apa yang musykil bagi manusia, hanya sesuatu yang teramat mudah bagi-Nya. Tak ada yang tak mungkin bagi-Nya. Karenanya, Allah menginginkan agar
umat manusia lebih iman dan lebih tawakal. Selain rasa sejuk yang menjalar dari ubun-ubun ke seluruh pembuluh darahnya, hal lain yang pertama dirasakan
si Bungsu, yang siuman dari pingsan dari masa kritisnya yang mencekam, adalah bau yang amat busuk. Bau yang menusuk hidung. Dia dengar dengus yang
menjijikkan. Ketika membuka mata, yang pertama tertatap oleh matanya adalah jerajak bambu sebesar-besar lengan.
Bambu yang seolah-olah menjadi loteng tempatnya berada dengan bermacam daun kering yang dijadikan atap. Ada beberapa saat dia membiarkan dirinya
tertelentang diam. Kemudian mata­nya melirik ke kanan. Tak sampai sedepa di kanan, dia lihat jerajak batang bambu yang sama. Dia melirik ke kiri, ke bawah
kakinya, jejarak bambu yang sama tetap terlihat. Aku berada dalam kurungan yang terbuat dari bambu, bisik hatinya, sembari bangkit untuk duduk. Begitu dia duduk, dia segera melihat bahwa dirinya dikurung dalam kurungan yang kukuh.
Kurungan yang ditaruh dalam kandang babi. Suara dengus dan pekik babi yang belasan ekor itulah yang terdengar olehnya sebelum dia membuka mata.
Begitu juga bau busuk yang amat menusuk hidung, yang membuat dia ingin muntah. Bau apalagi kalau bukan bau taik, kencing dan makanan babi itu. Rasa
dingin di punggungnya ternyata karena dia terbaring menelentang di atas lumpur di kandang babi itu. Babi-babi itu pada menjulurkan kepala dari sela-sela
tiang bambu kurungannya. Menatap padanya, mungkin dengan perasaan heran. Sungguh suatu hal yang tak pernah terbayangkan olehnya, dalam hidupnya dia akan mengalami penghinaan seperti ini.
“Hei, kamu hidup kembali?”
Tiba-tiba sebuah suara serak dan lemah terdengar dari arah kanan. Dia menoleh, dan di kanannya, hanya berjarak sekitar tiga depa dari dia, ada lagi sebuah
kandang bambu seperti yang dia tempati. Tidak, tidak sebuah, ada dua tiga buah. Masing-masing berisi seorang manusia. Dan semuanya jelas tentara
Amerika. Itu dapat segera ditandai dari pakaian seragam compang-camping yang masih melekat di tubuh mereka. Bedanya antara tempat dia ditahan dengan
orang-orang itu adalah tinggi rendahnya tempat tahanan.
Kurungan yang dia tempati ditaruh di atas tanah kandang tersebut. Sementara kurungan yang lain nampaknya sengaja digali sedalam satu meter. Semua
kotoran kandang babi itu dialirkan ke tempat tawanan tersebut. Hal itu menyebabkan mereka berendam sepanjang hari di dalam air kotoran babi yang
ketinggiannya mencapai perut. Nampaknya untuk sementara kurungan yang dia tempati lebih lumayan.
“Kami sangka kau takkan hidup. Kami dengar kapten gorilla itu menendang dada dan kepalamu. Sudah belasan tawanan tentara Amerika yang mati disiksa gorilla haus darah itu…” ujar tentara kurus kerempeng dan pucat, dari kubangan di sebelah si Bungsu.
Ada beberapa saat dimana semua yang dia lihat, yang dia dengar dan dia rasakan lewat seperti bayang-bayang. Matanya melihat apa yang ada di
hadapannya, telinganya mendengar semua suara, indera penciumannya mengendus semua bau. Namun hanya sampai di sana. Belum satupun yang masuk ke
rekaman otaknya. Fikirannya masih berada di dalam impian dahsyat bertemu ayah, ibu dan kakaknya yang baru saja lewat. Impian itu demikian nyata dan
demikian jelas. Perlahan dia raba kepalanya. Ada perban di sana, dililitkan dari ubun-ubun ke bawah dagunya.
Saat itulah dia baru sadar sepenuhnya, bahwa apa yang dia alami sebentar ini adalah sebuah mimpi. Mimpi yang amat luar biasa. Dia yakin, sekali pun yang
baru dia alami adalah mimpi, namun dia amat bahagia.

Dalam Neraka Vietnam-bagian-661
Dia bisa bertemu kembali dengan ayah, ibu dan kakaknya. Meski hanya dalam mimpi, namun mimpi itu seolah demikian nyata.
Dua hari setelah itu, dia melihat dua tentara Vietnam datang dari arah depan kandang babi itu ke tempatnya. Salah seorang di antara mereka nampak
menjinjing sebuah ransel dengan tanda palang merah. Kedua tentara itu tak dapat menyimpan rasa kagetnya, ketika melihat lelaki yang biasanya secara rutin mereka beri obat dengan cara injeksi itu sudah duduk dan kelihatan demikian sehatnya. Padahal, hampir tak seorang pun yang meyakini bahwa lelaki ini akan
bisa hidup. Kalaupun hidup, dia akan cacat seumur hidup. Beberapa langkah sebelum memasuki kandang mereka berhenti. Bicara sebentar. Kemudian yang
seorang kembali ke arah barak. Yang membawa ransel dengan tanda palang merah masuk ke kandang setelah terlebih dahulu menutup hidung dan mulutnya
dengan kain seperti yang dipakai para dokter ketika melakukan pembedahan di rumah sakit.
Tentara yang baru datang itu tak masuk ke kurungan penyekapan si Bungsu. Dia hanya tegak menatap dari jarak sekitar dua depa dari kurungan. Beberapa
ekor babi yang semula bertemperasan ketika dia masuk ke kandang itu, kini pada mendekat. Berseliweran di sekitar dirinya. Lalu saat itu datang empat orang
tentara lainnya. Selain masing-masing membawa bedil, salah seorang dari mereka membawa sebuah tongkat pendek dan seutas tali.
Ketika mereka masuk, mereka menendangi dan memukul babi-babi yang mencoba mendekati mereka.
Lalu yang seorang memerintahkan si Bungsu untuk keluar, dengan menghardikkan satu-satu­nya kata dalam bahasa Inggris yang dia kuasai, yaitu kata “out!”.
Di bawah tatapan mata empat sampai lima tawanan Amerika, yang berada dalam kurungan bambu dan berjejer dalam kandang babi itu, si Bungsu berdiri
perlahan. Dia merasa dirinya amat enteng dan sehat sekali. Sebenarnya, “mimpi dan air mata” ibu yang menyebabkan dia sadar, setelah puluhan hari berada
dalam keadaan koma, secara ilmiah bisa ditelusuri.
Selama dia koma, tentara Vietnam tetap memberinya semacam obat agar dia tetap bertahan hidup untuk dikorek keterangannya. Obat-obat itu hari demi hari
bekerja menyembuhkan bahagian-bahagian dalam tubuhnya yang cedera. Baik karena luka bekas tembakan peluru maupun bekas hantaman kaki kapten
gorilla itu. Hanya saja, semua obat yang diberikan dan diterima oleh tubuhnya, secara psikologis ternyata ditolak oleh jiwanya. Penolakan jiwa bawah sadar
inilah yang membuat obat-obat kedokteran tidak berdaya.
Secara kejiwaan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tubuh orang-orang sakit parah melakukan penolakan terhadap obat. Ada yang karena hidupnya tertekan berkepanjangan. Tergeletak sakit, atau mati sekalipun, merupakan istirahat atau pembebasan dirinya dari rasa tertekan.
Kesembuhan fisik baginya tak lain dari kembalinya dia ke dalam hidup yang penuh tekanan. Karenanya, kendati dia tetap diobati, diinjeksi, diinfus, proses kesembuhannya sangat lama.
Karena jiwa dan bawah sadarnya memang tak menginginkan kesembuhan.
Ada pula yang alam bawah sadarnya tidak menginginkan kehidupan, karena dia tak tahu untuk apa dia hidup. Orang dari kelompok ini bisa saja dari kalangan
orang-orang berada, namun tak punya landasan agama yang kuat. Hari-hari dalam hidupnya berlalu tanpa manfaat untuk siapapun. Begitu dia jatuh sakit, dia
merasa mendapat jalan keluar dari perasaan hidup tanpa guna. Makin lama dia tergeletak sakit, makin tenteram perasaannya. Karena sebagai orang sakit, dia
merasa memang layak tak bisa mendatangkan manfaat untuk siapapun.
Ada yang alam bawah sadarnya melakukan penolakan terhadap obat, karena dia memang tak mampu lagi menahan rasa sakit berkepanjangan. Daripada
menderita menjadi langganan rumah sakit terus, lebih baik mati. Akan meringankan beban keluarganya dan membebaskannya dari rasa menderita
berkepanjangan. Akan halnya si Bungsu entah ke kelompok mana dia masuk. Atau barangkali ada kelompok lain, yang memang beragam alasan, alam bawah
sadar seseorang menolak obat-obat.
Hanya saja ketika alam bawah sadarnya berada di titik tertinggi penolakan, saat mana nyawanya berada di ujung tanduk, sebab jika masih terjadi penolakan
maka kemungkinan yang terbuka baginya hanya satu, yaitu terhentinya semua sistem dan mekanisme kehidupan pada tubuhnya. Jika itu yang terjadi,
manusia menyebutnya sebagai suatu kematian. Pada saat berada di titik kritis tertinggi itulah, mimpi yang hanya Tuhan yang tahu itu terjadi pada dirinya. Air
mata sang ibu, merupakan ‘obat’ yang mendorong daya hidupnya kembali menyala.
‘Obat’ yang datang kepadanya dari alam metafisik, dari alam gaib. Pada orang-orang tertentu, mimpi bukan hanya sekedar permainan tidur. Banyak manusia
yang mengalami mimpi sebagai isyarat bahkan petunjuk atas sesuatu. Hanya saja, bagi orang-orang yang beriman, isyarat dan petunjuk itu menjadikan dia
semakin yakin akan kekuasaan Tuhan. Sementara, sebahagian lagi keyakinannya bukan pada Tuhan yang menciptakan semua denyut kehidupan di muka bumi,
termasuk menciptakan mimpi itu. Yang dia yakini justru mimpi tersebut. Bagi orang-orang seperti ini, tidak jarang dia terperosok menjadi musyrik.
Mengeramatkan dan minta perlindungan dan rezeki pada makam atau tempat-tempat keramat lainnya.
Akan halnya si Bungsu, begitu keluar dari kerangkeng bambu berlumpur amat busuk itu, kayu sebesar lengan yang panjangnya sedepa yang tadi dibawa
seorang tentara, segera diletakkan di bahunya. Kedua tangannya diikat, dengan posisi terbentang ke kiri dan ke kanan, ke kayu tersebut dengan erat. Kedua
kakinya diikat pula dengan tali yang terbuat dari kulit kayu.
Tali dari kulit kayu yang mengikat tangan dan kakinya itu dalam keadaan basah. Teknik mengikat dengan kulit kayu khusus, yang liat dan kenyal seperti yang
dilakukan pada si Bungsu saat itu, adalah cara yang lazim dilakukan Vietkong. Kulit kayu basah itu semakin kering semakin mengencang cengkeramannya pada
bahagian tubuh yang diikat. Ikatan pada kedua kaki tahanan, yang rentang talinya dibuat tak lebih dari sejengkal, membuat si tahanan benar-benar dalam
kesulitan. Usahkan untuk melarikan diri, akibat amat pendeknya rentang tali yang mengikat kedua pergelangan kaki, untuk melangkah saja sangatlah sulitnya.

Dalam Neraka Vietnam -bagian-662
Ketika dia di dorong dibawah todongan senjata agar bergerak cepat,maka tak ada cara lain yang dilakukan si Bungsu selain melompat-lompat dengan kedua kakinya bergerak sekaligus.Semua tentara Amerika yang berada dalam kerang di kandang babi itu menatap dengan diam pada tawanan tersebut.Mereka tak mendapat informasi apapun tentang lelaki tersebut.Semua tentara dan penduduk yang mendekat ke tempat mereka di sekap pada tutup mulut.Penduduk kampung disini adalah orang Vietnam Selatan yang pada masa perang berpihak pada Amerika.
Apapun yang terjadi pada tawanan mereka harus tutup mulut atau tak ikut campur.Mereka takut akan siksaan dari tentara Vietna utara itu,yang kini menguasai seluruh negeri mereka.Sudah pemandangan biasa bila ada Ayah,ibu dan seluruh anak-anaknya di tembaki,jika dicurigai telah berkhianat.
Kecurigaan pihak Vietkong pada penduduk tidak di perlukan bukti.Jika saja ada salah satu pihak vietkong yang merasa mencurigai satu orang atau satu keluarga melakukan pengkhianatan,dia menembaki orang atau keluarga itu.
Dalam situasi ini,rasa suka atau tak suka amat menentukan kelangsungan hidup seseorang atau satu keluarga,bisa hidup atau harus di akhiri nyawanya.itulah sebabnya pihak vietkong dengan leluasa memperkosa wanita-wanita dari pihak selatan.Tak peduli dia masih gadis atau sudah punya suami.Jika menolak,pasal penghianatan sudah bisa membinasakan seseorang atau satu keluarga.
Itulah sebabnya,setelah Vietkong memenangkan peperangan.Jutaan orang orang selatan berbondong-bondong keluar dari Vietnam menuju perbatasan ke kamboja dengan melewati hutan belantara yang ganas,dan ada juga dengan kapal-kapal kecil mengarungi lautan untuk mencari negara yang mau menampung mereka.Itulah sebabnya mereka di sebut’orang-orang perahu’
Si Bungsu memasuki sebuah rumah yang paling besar di kampung itu.Sekali pandang dia bisa mengetahui kalau desa itu adalah kampung yang di bangun oleh kelurga-keluraga petani yang mengungsi dari kota-kota yang sedang terjadi pertempuran.Namun perang dengan cepat berakhir,semua tanah vietnam kini di kuasai Vietkong.
Setelah dia masuk,seorang tentara berpangkat Letnan Kolonel sedang duduk dengan beberapa orang perwira lainnya.Termasuk Kapten gorila itu dan Lok Ma.Ada sebuah kursi reot di depan mereka.Si Bungsu disuruh duduk disana.Di meja reot tanpa alas itu dia lihat beberapa benda yang dia kenal.Senjata-senjata kecil yang selama ini dia pakai dalam berbagai pertarungan.Beberapa bilah samurai kecil,beberapa lempengan baja tipis yang sangat tajam.Beberapa diantaranya ada yang sebesar uang logam yang disisinya ada gerigi yang sangat tajam.
Sebagiannya bundar biasa,dengan pinggiran yang setajam pisau cukur.Dia lihat ada lima buah samurai kecil dan enam buah besi bulat itu terletak diatas meja.Letnan Kolonel itu sepertinya sangat terpelajar,berbeda dengan si Kapten gorilla yang menghantam dadanya sampai dia muntah darah dan menendang ubun-ubun nya sampai dia koma.
“Ini punya mu Tuan…?ujar Overste itu membuka interogasi itu dengan bahasa inggris yang fasih.
“Ya..Tuan..”jawab si Bungsu.
“Engkau salah seorang yang ikut membebaskan tawanan tentara Amerika yang kami tawan sembilan minggu yang lalu?”
Si Bungsu tertegun.
“Maksud tuan?”
Letnan Kolonel itu menatapnya dengan tajam.Lok Ma berbisik kepada overste itu dengan bahasa Vietnam.Overste itu mengangguk pelan usai lok Ma berbisik.
“Dua bulan yang lalu,sekitar seratus meter dari sini,tujuh belas orang tentara Amerika di bebaskan teman-temannya.Apa anda termasuk salah seorangnya?”
Si Bungsu menarik nafas panjang,berarti selama itu pula dia pingsan.
“Saya bukan bagian yang membebaskan itu,tuan….”jawabnya pasti.
Overste itu menatap dia dengan tajam,kemudian dia melanjutkan ucapannya.
“Saya ingin menjelaskan,kalau saya sendiri membebaskan mereka.Ada tiga orang Vietnam yang jadi penunjuk jalan.Jika mereka di hitung,maka yang membebaskan tawanan itu kami berempat.Namun sesungguhnya,selain sebagai penunjuk jalan,mereka tak berperan apapun.Pembebasan itu sepenuhnya tanggung jawab saya..”overste itu menatapnya dengan tajam.
“Demikian hebatnya kau,sehingga bisa menghancurkan sepuluh tentara Vietnam…”desis overste itu.
Sebelum ucapanya selesai,dengan cepat tangan nya menyambar salah satu samurai kecil si bungsu diatas meja.Dan dengan cepat dan mahirnya dia lemparkan kearah dada kanan si Bungsu,dari arah lemparan dada sebelah kanan bukan sebelah kiri dimana jantungnya,si Bungsu tahu overste itu hanya ingin menyiksanya.Dia terkejut dengan gerakan lemparan itu yang tiba-tiba dan amat cepat.
Namun saat itu pula tubuhnya seolah-olah menunduk ke meja,terdengar suara berdetak halus.Dan saat dia meluruskan badanya dan menengok kebelakang dia lihat samurai itu tertancap didinding tempat tangan nya terikat.Semua yang ada di ruangan yang dindingnya terbuat dari bambu itu pada terdiam.Tak ada seorang pun yang tahu,termasuk overste itu kalau lemparan itu meleset karena kebetulan.Gerakan merunduk kemeja itu telah di perhitungkan si Bungsu.
Si Bungsu kembali duduk dengan lurus di kursinya.Overste itu menyuruh Lok Ma mencabut samurai kecil itu yang tertancap didinding tempat si Bungsu diikat.Lok Ma melangkah kearah si Bungsu mencabut samurai kecil tersebut.Dan kembali meletak di meja di depan letnan Kolonel tersebut.
“Apa pangkat tuan di ketentaraan Amerika..”ujar LetKol itu.
“Saya bukan tentara Amerika tuan,dan juga bukan warga negara Amerika…”
Letnan Kolonel itu kembali menatapnya dengan tajam.Dia hampir tak yakin kalau orang yang punya kemahiran seperti lelaki ini bukan dari Pasukan Khusus Amerika.
“Jika bukan kebangsaan Amerika,lalu apa kebangsaan tuan?”
“Indonesia…”
“Indoneesia?”
“Ya,Indonesia..”
“Engkau tentara Indonesia?”
“Bukan,Tuan…”

Tidak ada komentar: