Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 648-649-650

Dalam Neraka Vietnam -bagian 648-649-650


Dalam Neraka Vietnam-bagian-648

sea devilMacMahon hapal benar sentakan lelaki dari Indonesia itu karena hantaman peluru.Dia merasa bulu tengkuknya berdiri tatkala tubuh lelaki itu masih tegak dengan kedua tangan masih mengacung keudara.
Lalu….Padang lalang di bawah sana makin lama makin mengecil.Tentara Vietnam dan lelaki dari indonesia itu terlihat seperti titik-titik kacil,sampai akhirnya lenyap sama sekali dari pandangan,dan di sendiri terkulai akibat darah yang terlalu banyak mengalir dari luka di dada dan di pahanya.Itulah rekaman terakhir dari peristiwa itu,yang tak bisa lenyap dari fikiran MacMahon.Kini dia menatap hiba,pada Thi Binh yang kini terisak dalam pelukan Roxy.
“Apakah…Apakah dia mati..?”bisik Thi Binh dalam pelukan Roxy.
Roxy tak segera menjawab.Lehernya terasa tersekat untuk mengeluarkan kata-kata.Fikirannya merayap perlahan ke medan pertempuran di padang lalang di Vietnam sana,tempat terakhir dia melihat si Bungsu dari kejauhan.Saat dia membawa tubuh Thi Binh yang pingsan menerobos hujan peluru menuju heli.Saat heli mulai mengapung dia melihat si Bungsu muncul dari arah selatan.Lalu melihat tubuh lelaki itu tersentak-sentak beberapa kali kena tembakan,lalu dia tak ingat apa-apa lagi karena jatuh pingsan.
Fikirannya juga merayap ke saat-saat terakhir berada dekat si Bungsu.Yaitu di balik batu besar yang mereka jadikan pertahanan dari gempuran tentara Vietnam,seusai mereka menghancurkan barak tentara Vietnam tersebut.Saat di balik batu besar tersebut mereka yang menahan gempuran tentara Vietnam itu hanya berjumlah empat orang.Si Bungsu,dia,Thi Binh dan Duval.Lalu si Bungsu menyuruh mereka duluan meninggalkan tempat itu,menyusul rombongan MacMahon.
Dialah yang pertama meninggalkan tempat itu bersama Duval.Namun baru bergerak beberapa meter,dia menyuruh Duval kesungai Dangkal yang akan mereka ikuti alurnya.Dia sendiri berbelok dan sembunyi di balik batu besar.Tak lama disana dia melihat Thi-thi lewat.Roxy segera meninggalkan tempat persembunyiannya.Kembali ke batu besar tempat tadi mereka bertahan.Di sana hanya tinggal si Bungsu sendirian.
Dia melihat si Bungsu menembak dengan senapan mesin ringan yang di tinggalkan thi-thi.Dari belakang dia rangkul tubuh si Bungsu.Si Bungsu kaget setengah mati.Namun Roxy tak memberi kesempatan.Di dekapnya lelaki dari Indonesia itu dengan erat.Kemudian bibirnya melumat bibir si Bungsu.Sebelum si Bungsu sadar apa yang teerjadi,Roxy sudah melepaskan pelukannya.Kemudian gadis itu berkata.
Aku menyayangi Thi-thi.Aku tahu dia mencintaimu.Aku tak peduli engkau mencintai dia atau tidak.Aku tahu apa yang aku lakukan ini tidak pantas,apalagi aku dan Thi-thi sudah salingt mengakui bersaudara.Namun tak seorangpun yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi setelah ini.Sesal akan kubawa mati,jika aku tak menyampaikan padamu kalau aku mencintaimu.Mungkin terasa konyol dan bodoh.Kenalpun kita baru sehari tapi aku mencintai mu Bungsu….”
Demikian cepat kata-kata itu dia ucapkan,setelah itu dia berbalik badan dan berjalan menunduk-nunduk menuju sungai menyusul Duval dan Thi Binh.
“Apakah si Bungsu tertembak mati?”tiba-tiba Roxy di kejutkan dari lamunannya dengan bisikan Thi Binh yang ada dalam pelukannya.
Roxy mengangkat kepala menatap orang-orang yang berada di kapal selam kecil itu.Semua pada menatap padanya dengan tatapan kosong.Diusapnya rambut thi Binh kemudian berbisik.
“Kita tak tahu apakah dia sudah mati atau bagaimana,kita semua menginginkan dia masih hidup adikku.Namun selain tuhan,tak seorangpun diantara kita,yang tahu bagaimana nasibnya kini…”
“Mengapa dia tidak ada diantara kita,apakah…?”
“Keadaan waktu demikian kritisnya,Thi-thi.Demikian kritisnya.Si Bungsu menghadangkan dirinya pada tentara Vietnam untuk memberi kesempatan kita lolos..”
“Dan kita semua selamat,karena dia mengorbankan dirinya…”bisik Thi Binh.
Roxy tak menjawab.Ada nada protes dalam pernyataan gadis itu.Dia ingin menjawab’ya’,karena memang begitulah adanya.Tapi jawaban’ya’sekaligus akan mengungkapkan semua yang ada dalam kapal selam ini hanya mementingkan diri sendiri.Meninggalkan orang menyelamatkan mereka sendirian menghadapi maut,Dalam Neraka Vietnam di padang lalang itu.
“Terima kasih Roxy,engkau telah menyelamatkan aku dengan membawa ke helikopter,setelah aku tertembak..”bisik Thi Binh,yang masih memeluk Roxy.Roxy tak menjawab.Dia membelai rambut Thi Binh.
“Dua kali engkau menyelamatkan nyawaku.Pertama di belantara saat kita bertempur melawan tentara Vietnam,tak jauh dari barak mereka yang kita hancurkan itu.Kemudian ketika aku tertembak di dekat danau,dalam pertempuaran terakhir itu.Terimakasih,hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikanmu padaku Roxy.Aku juga berhutang nyawa pada Bungsu,dia juga yang telah menyembuhkan aku dari sipilis….”ujar Thi Binh perlahan.
“Kita semua berhutang nyawa dan mencintainya,adik ku…”ujar Roxy perlahan.
“Kenapa tak kau biarkan saja aku tinggal,setelah tertembak.Agar aku bisa mati bersama dia..”ujar thi Binh.
“Aku tak ingin kau mati adikku…”jawab Roxy.
“Tanpa si Bungsu,Sebenarnya aku sudah mati…”Roxy menarik nafas.Di ciumnya kepala Thi Binh dengan lembut.
“Kita akan kemana,Roxy?”tanya Thi Binh setelah beberapa saat sepi.
“Menuju dunia bebas,Thi-thi…”
“Amerika…?”
“Ya,ke Amerika..!”
“Apakah disana tak ada peperangan?”
“Ada,tapi hanya peperangan antara polisi dengan para bandit dijalanan adikku…”
Thi Binh berdiam diri beberapa saat.Lalu dia meminta dirinya kembali dibaringkan di tempat tidur yang ditempelkan di dinding dengan engsel khusus.Roxy membaringkan tubuh gadis Vietnam cantik itu perlahan.Thi Binh menggenggam tangan Roxy.
“Apakah engakau memang mau menjadi kakakku?”bisik Thi Binh perlahan.
Roxy tak menjawab.Dia sangat terharu.Di ciumnya kening dan mata gadis berusia enam belas tahun itu dengan lembut.Kemudian dia duduk dan memandang lurus pada Thi Binh.
“Di hutan Vietnam itu kita sudah berjanji untuk menjadi kakak adik yang saling mencintai.Kau ingat adikku…?”ujar Roxy.
Thi Binh mengangguk.
“Tak ada yang akan berubah dengan perjanjian kita itu,adikku..”ujar Roxy.
Thi Binh tersenyum,kemudian dia memejamkan mata.
Kapal selam Sea Devil milik SEAL,pasukan khusus Angkatan laut Amerika itu bergerak dengan cepat membelah air,dibawah permukaan laut China selatan.Akan halnya Thi Binh,rasa lelah dan pengaruh bius yang di berikan padanya membuat dia terjatuh kedalam tidur yang pulas.Lelah dan kantuk juga menyerang Roxy dalam posisi duduk dekat pembaringan Thi Binh,dia menelungkupkan bagian atas tubuhnya disisi pembaringan,tak lama kemudian dia juga tertidur.

Dalam Neraka Vietnam -bagian-649
Ketika Sea Devil sedang berlayar di bawah laut luas, dan ketika Ami Florence dalam penerbangan dengan heli menuju titik pertemuan untuk melakukan embarkasi para tentara yang dibebaskan itu, Mayor Murphy Black yang semula gagal mengontak USS Alamo, akhirnya mendapat sambungan radio. Dengan permintaan maaf dan rasa menyesal yang amat mendalam, dia melaporkan tidak menemukan si Bungsu di padang lalang Vietnam itu. Di mana pertempuran terakhir terjadi antara pasukan Vietnam dengan pelarian itu.
Black juga menuturkan kondisi kritis saat menentukan pilihan, antara turun menjemput si Bungsu dengan peluru hanya beberapa butir, dan harus menghadapi gempuran belasan tentara Vietnam. Yang risikonya jelas semua awak heli maupun tentara yang sudah dibebaskan itu akan tertawan kembali, atau terlebih dahulu menyelamatkan belasan pelarian yang sebagian dalam keadaan terluka.
“Orang Indonesia itu nampaknya sengaja memancing tembakan ke arahnya, agar kami bisa lolos dai serangan maut. Saya sudah kembali ke lokasi itu, namun kami hanya menemukan dua mayat tentara Amerika dan beberapa mayat di padang lalang itu. Tak ada tanda-tanda sama sekali tentang nasib si Bungsu. Menurut analisa saya, kendati tertembak beberapa kali, namun lelaki tangguh itu masih hidup. Paling tidak, tentara Vietnam akan berusaha menyelamatkan nyawanya untuk mengorek keterangan. Siapa saja dan dimana pasukan yang mencari anggota MIA saat ini berada. Saya rasa, dia sekarang berada di suatu tempat yang amat dirahasiakan dan dijaga dengan amat ketat untuk diinterogasi,” papar Mayor Black.
Laksamana Lee tak menjawab sepatah pun. Selain mengatakan ‘oke’ kemudian mematikan radio. Lama Laksamana ini terdiam sambil tangannya masih me megang handel radio. Matanya menatap ke arah layar komputer besar, yang memperlihatkan posisi kapal selam Sea Devil yang tengah membawa bekas tawanan yang selamat dan posisi helikopter yang akan menjemput mereka, yang di dalamnya terdapat Ami Florence. Salah seorang di antara tak banyak mata-mata kelas satu Amerika semasa perang Vietnam yang panjang itu, yang besar sekali jasanya untuk Amerika.
Laksamana Lee teringat pada Kolonel MacMahon, adik kelasnya semasa di West Point, Akademi Militer Amerika. Lenyapnya MacMahon, Komandan SEAL di Vietnam dalam pertempuran laut di lepas pantai Da Nang menyebabkan heboh di kalangan angkatan bersenjata Amerika. Kini kolonel itu termasuk salah seorang yang berhasil dibebaskan si Bungsu. Dia lalu meminta dihubungkan ke Sea Devil.
“Komandan Sea Devil di sini, Sir!” ujar Kapten Callahan, begitu diberitahu perwira radio USS Alamo bahwa Laksamana Lee akan bicara.
“Ada gangguan dalam pelayaran Anda, Callahan?”
“No, Sir! Sejauh ini aman. Radar kami juga tidak menangkap adanya kapal perang Vietnam dalam jarak lima puluh kilometer dari posisi kami, Sir….”
“Baik, saya harap juga begitu….”
“Thanks, Sir….”
“Apakah Kolonel MacMahon di kapal Anda, Callahan?”
“Yes, Sir! Kolonel MacMahon ada di kapal ini…!”
“Saya dengar dia tertembak. Kalau dia tidak sedang istirahat, saya ingin bicara dengannya, bisa?”
“Yes, Sir! Saya bisa antarkan radio ke tempat tidurnya agar Anda bisa bicara langsung padanya. Harap Anda menunggu, Sir….”
Kapten menyuruh seorang letnan navigasi untuk menghantarkan radio kepada MacMahon. Kolonel itu sedang berbaring dan sejak tadi hanya diam menatap ke arah pembaringan Thi Binh dan Roxy di ujung sana, melihat seorang letnan SEAL mendatanginya. Letnan itu memberi hormat kepada komandan tertinggi mereka, yang sudah dua tahun lenyap dan baru saja dibebaskan.
“Komandan USS Alamo ingin bicara dengan Anda, Sir…” ujar letnan itu sambil menyerahkan radio kecil tanpa tali.
“Laksamana Lee…?” ujar MacMahon perlahan mengambil radio dari tangan si kapten.
Tak lama kemudian Laksamana Lee mende­ngar suara di radio.
“MacMahon di sini, Laksamana…!”
“Hei MacMahon, senang mendengar lagi suaramu…!”
MacMahon tertawa renyah.
“Senang juga mendengar suaramu, Lee….”
“Bagaimana kondisimu, MacMahon?”
“Agak membaik Lee….”
“Luka di bahu dan dadamu membaik?”
“Ya, agak lebih baik….”
“Masih sempat bermain catur?”
MacMahon tertawa perlahan mendengar pertanyaan kakak kelasnya itu. Soalnya, ketika di West Point dulu, bahkan setelah sama-sama bertugas pun, mereka sering bertanding catur.
“Saya harap bisa segera bertemu Anda, untuk main catur lagi, Lee….”
“Ya saya harap juga begitu. MacMahon…!”
“Ya…?”
“Engkau kenal seorang lelaki Indonesia bernama si Bungsu?”
“Dia yang membebaskan kami, Lee….”
“Apa yang terjadi dengan dia?”
MacMahon tak segera bisa memberikan jawaban. Dia menatap ke pembaringan Thi Binh dan Roxy. Kedua gadis itu masih tidur pulas.
“Dia tertinggal di medan tempur, Lee….”
“Nampaknya keadaan demikian kritis, sehingga dia tak sempat kalian bawa bersama….”
“Maaf Lee. Kondisi saat itu memang sangat kritis…. Engkau juga mengenalnya, Lee?”
“Tidak. Sebulan yang lalu dia mengantarkan Ami Florence, kau ingat dia?”
“Ya, orang kita yang di Da Nang….”
“Nah, setelah terlibat pertempuran yang amat tak seimbang dengan beberapa kapal patroli Vietnam, dia berhasil merebut sebuah kapal patroli. Kemudian mengantarkan Ami dan abangnya ke USS Alamo tapi dia tidak naik ke kapal saya. Begitu Ami turun dia langsung pergi. Lewat radar kami melihat dia menghancurkan tiga kapal patroli Vietnam lainnya. Dari Ami saya mendapat cerita, bahwa dia datang ke Vietnam atas permintaan milyader AR. Anda masih ingat AR, MacMahon?”
“Alfonso Rogers, milyader yang ikut menyumbang pembelian kapal-kapal Angkatan Laut. Satu diantaranya kapal yang kini Anda komandani, Lee….”
“Anda benar, MacMahon. Anda ingat siapa nama anak tunggal milyader itu?”
“Roxy Rogers. Dia ada bersama saya di kapal ini. Hanya saja saya baru tahu bahwa Roxy adalah anak Alfonso Rogers dari penjelasan si Bungsu, saat membebaskan kami dari tahanan Vietnam. Kami beruntung berada satu tahanan dengan Roxy. Jika tidak, kami tentu belum akan bebas…” ujar MacMahon.
“Well, berapa hari Anda mengenal si Bungsu, Mac Mahon?”
“Satu hari, Lee….”
“Satu hari?”
“Efektifnya hanya beberapa jam….”
“Maksudmu?”
“Dia datang ke goa tempat kami disekap subuh hari. Kemudian membawa kami ke tempat tiga teman Vietnamnya yang menanti sekitar satu kilometer dari barak tentara Vietnam. Kemudian kami berbagi regu. Satu regu disuruhnya duluan bersama wanita-wanita yang bertugas di ketentaraan sebagai anggota palang merah dan bahagian logistik, untuk menuju ke danau dan membawa jam tangannya yang bisa memancarkan isyarat. Kemudian dia bersama tiga orang lainnya, Letnan Duval, Roxy dan seorang gadis Vietnam bernama Thi Binh menyelusup ke barak-barak Vietnam.

Dalam Neraka Vietnam -bagian650
Mereka berhasil menghancurkan gudang senjata dan membunuh komandannya, seorang kolonel. Saya sendiri bertugas mencegat Vietnam yang memburu rombongan pertama. Artinya, saya hanya mengenal lelaki dari Indonesia itu sekitar tiga atau empat jam, Lee…” tutur MacMahon.
“Dia seorang yang amat perfect dalam pertempuran laut….”
“Sama perfectnya dengan pertempuran darat, Lee. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana dia mempergunakan samurai kecilnya untuk membunuh seorang Vietnam dari jarak sepuluh meter. Sebelumnya, saat kami akan keluar dari goa, dia membunuh sekaligus empat tentara dengan samurai kecilnya itu. Kemudian juga saat dia menghadang tembakan belasan tentara Vietnam, dalam upaya agar heli yang kami tompangi bisa lolos. Barangkali ada delapan atau sembilan tentara Vietnam yang dia rubuhkan sebelum akhirnya senjatanya kehabisan peluru, dan dia mengangkat tangan….”
“Apakah Vietnam langsung menangkapnya?”
“Tidak….”
“Apa yang terjadi?”
“Dari atas heli, kami melihat tubuhnya beberapa kali diterjang peluru. Setelah itu… dari ketinggian saya hanya melihat tubuh mereka seperti titik kecil di bawah. Saya rasa Vietnam menangkapnya. Jika dia masih hidup, untuk beberapa saat dia belum akan dibunuh, sampai Vietnam yakin tak ada rahasia apapun yang bisa dikorek dari mulutnya mengenai operasi yang dilakukan Amerika saat ini di Vietnam….”
“Saya rasa dia juga tak akan segera dibunuh Vietnam…” ujar Laksamana Lee.
Mereka sama-sama terdiam beberapa saat.
“MacMahon….”
“Ya, Lee….”
“Saya harus mengabarkan pada Ami Florence bahwa si Bungsu tak ada bersama kalian. Gadis itu kini berada dalam heli khusus yang saat ini sudah tak begitu jauh dari posisi kalian. Dia berharap lelaki dari Indonesia itu ada bersama kalian. Baiklah, kita bertemu di Subic kelak, MacMahon….”
“Terima kasih, Lee. Dan saya benar-benar menyesal, tidak bisa membawa si Bungsu bersama kami. Saya juga akan menyampaikan maaf saya pada Nona Ami….”
Hubungan dan percakapan di antara kedua teman lama itupun putus. Ada beberapa saat Laksamana Lee tegak mematung di anjungan USS Alamo. Dia harus menghubungi segera Ami Florence, namun bagaimana dia akan memulai percakapan, untuk memberitakan bahwa si Bungsu tak ada di antara orang-orang yang akan dia jemput itu? Kalau saja dia sudah mendapat laporan dari Mayor Black sebelum Ami ikut dengan heli itu tadi, barangkali dia bisa memberitahunya. Tapi sampai gadis itu naik ke pesawat, hubungan antara USS Alamo dengan Mayor Black sengaja diputus untuk beberapa saat.
“Hubungkan saya dengan helikopter…” ujarnya perlahan.
“Yes, Sir…!” ujar perwira radio.
“Kapten John Gregor Sir…!” ujar pilot heli di radio.
“Kapten….”
“Yes, Sir…!”
“Sebentar lagi perwira navigasi akan memberikan koordinat di mana Anda harus melakukan embarkasi….”
“Yes, siap Sir…!”
“Bisa saya bicara dengan Nona Ami Florence?”
“Siap, bisa Sir!”

Tidak ada komentar: