Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 566-567

Dalam Neraka Vietnam -bagian 566-567


ninjaDalam Neraka Vietnam -bagian-566-567
Ayahnya memperkenalkan si Bungsu pada gadis itu.Gadis itu mula-mula merasa malu dan rendah diri akibat penyakitnya.Namun setelah ayahnya mengatakan,bahwa anak muda inilah yang memberinya obat sehingga cepat pulih,gadis itu menganggukkan kepala kepada si Bungsu,memberi hormat.
Si Bungsu mendekat.Kemudian memegang kening gadis itu.Gadis itu tak mampu menahan tangisnya.Airmatanya mengalir di pipinya.
“Engkau akan segera pulih,dik.Percayalah…”ujar si Bungsu sambil mengusap kepala gadis itu.Gadis itu justru menangis terisak.
“Tenanglah,Tuhan akan membalas orang-orang yang menjahanami ibumu,yang juga menjahanami dirimu,anakku.Yakinlah,Tuhan akan membalas mereka lebih pedih dari apa yang diterima ibumu,dan juga dirimu….”ujar Duc Thio perlahan dengan suara bergetar.
Maksud mereka akan menanyai gadis itu,tentang jalan mana yang harus di tempuh menuju tempat dia di sekap tentara Vietkong itu terpaksa diurungkan sementara.Di Ruang depan,Han Doi akhirnya menceritakan semua peristiwa yang menimpa keluarga pamannya.
Dahulu pamannya adalah seorang pegawai perusahaan ekspor di kota pelabuhan Donghoi,di utara kota Da Nang.Namun ketika kota itu di rebut Vietkong.Mereka kemudian mengungsi jauh keselatan,ke kota saigon.
Namun hanya dua bulan di kota itu,istri pamannya meninggal akibat infeksi yang di deritanya saat di perkosa.Dua abang Thin Binh,yang harus berhenti kuliah karena perang,terbunuh tatkala Saigon di hujani bom oleh artileri Vietkong.
Pamannya memutuskan untuk menyingkir dulu kedesa yang amat jauh ini,sampai perang berakhir.Maksudnya menyingkir kemari adalah untuk menyelamatkan Thi Binh,yang wajahnya jelita dan tubuhnya sedang mekar.Anaknya kini pasti takkan selamat di Saigon,bila kota itu jatuh ketangan Vietkong.
Jika keadaan sudah membaik,mereka akan kembali ke kota.Itu maksud pamannya.Namun baru sekitar delapan bulan menyingkir ke kampungnya yang jauh terpencil ini,tentara Vietkong justru memilih tempat ini sebagai kamp tahanan rahasia mereka untuk menyembunyikan tawanan perang Amerika.Dan anak gadisnya ternyata benar-benar tidak bisa di selamatkan.
Menjelang tengah malam,ketika Thi Binh kembali minta makan,mereka menunggu gadis itu selesai.Setelah itu,ayahnya menceritakan bahwa si Bungsu berniat menyelamatkan seorang gadis seorang juru rawat Amerika,yang di tawan di kamp di bukit-bukit batu sana.
“Apakah Thi-thi pernah melihat ada seorang wanita Amerika di sana…?”tanya ayahnya.Thi Binh yang sedang menatap si Bungsu menggeleng.
“Saya tak pernah melihatnya.Kamp tempat mereka mengurung kami jauh dari kamp para tentara itu.Tapi saya pernah mendengar tentara-tentara itu membicarakan seorang gadis Amerika yang sering ditiduri komandan mereka.Saya tak tahu,apakah dia juru rawat itu…”ujar Thi Binh perlahan dalam bahasa inggris yang fasih.
“Engkau pernah mendengar mereka menyebut nama wanita itu?”tanya si Bungsu.
“Tuan datang dari indonesia?”tiba-tiba gadis itu bertanya.
Tidak hanya si Bungsu,ayahnya dan Han Doi juga kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba tetapi amat tepat itu.Tapi dari mana gadis itu tahu nama’Indonesia’?
“Ya,kenapa?”jawab si Bungsu perlahan.
“Tuan..Apakah Ninja?”kembali gadis itu mengajukan pertanyaan yang mengagetkan.
“Tidak.Di Indonesia tidak ada Ninja…”Gadis itu menarik nafas.Wajahnya nampak kecewa.
“Kalau begitu,bukan Tuan orangnya…”ujar gadis itu perlahan.
Semua mereka saling bertukar pandang.Ucapan gadis itu menyebar teka-teki bagi mereka.
“Apa maksud mu,nak…?”tanya Duc Thio pada puterinya.
Thi Binh kembali menatap nanap pada si Bungsu.Kemudian pada ayahnya,lalu pada sepupunya Han Doi.Kemudian sambil menunduk dia berkata.
“Di tempat penyekapan,malam-malam hari saat tidur setelah remuk diperkosa bergantian,saya beberapa kali di datangi mimpi.Mimpi yang sangat memberi harapan…”gadis itu berhenti sesaat.Kepalanya masih menunduk.
“Apa isi mimpimu…?”tanya Han Doi.
“Seorang Ninja datang menyelamatkan saya.Dia mengaku dari Indonesia…”gadis itu berhenti lagi.
“Dia sebutkan namanya padamu dalam mimi itu,Nak?”tanya ayahnya.
Gadis itu menggeleng lemah.
“Tapi wajahnya mirip Tuan ini.Tapi Tuan ini bukan ninja,jadi bukan dia yang datang dalam saya itu….”ujarnya lemah,dan kembali menunduk.
“Dia sebutkan bahwa dirinya adalah Ninja?”tanya Han Doi.
Gadis itu menggeleng.
“Lalu,dari mana kamu tahu dia seorang Ninja?”
“Dia membunuhi tentara Vietkong itu dengan senjata rahasia seperti yang lazim dipakai Ninja.Ada besi tipis,runcing-runcing,ada samurai kecil yang dia selipkan di balik lengan bajunya,dia…”
Suaranya terputus.Diputus oleh gerakan Han Doi yang tiba-tiba.Demikian tiba-tiba dan cepat,sehingga si Bungsu sendiri tak sempat mencegah.Han Doi meraih tangan kanan si BUngsu.Lalu dengan sebuah gerakan,lengan baju pemuda itu dia singkapkan.Mata Thi Binh terbelalak.Di lengan pemuda itu ada sebuah karet tipis.Pada ban karet itu tersisip beberapa samurai kecil dan beberapa lempengan besi tipis persegi enam,yang seginya merupakan sudut yang tajam.
“Senjata seperti ini yang dipakai orang didalam mimpimu itu,Thi Binh?”tanya Han Doi.
Gadis itu terkesima.Begitu juga ayahnya.Wajahnya bergantian menatap antara senjata-senjata itu dengan wajah si Bungsu.
“Sejak tadi saya yakin.Tuanlah yang datang ke dalam mimpi saya itu.Kenapa lama benar Tuan datang untuk menyelamatkan saya?”ujar gadis itu lirih,dengan mata berkaca-kaca.
Si Bungsu tak menjawab.Ada rasa aneh,sekaligus rasa tersedak,yang membuat dia tak mampu bicara.Bagaimana kedatangannya kedesa itu bisa merasuk kemimpi gadis tersebut?
“Tuhan yang mengirimmu kedalam mimpi saya Tuan.Tuhan yang mengirimmu! Dalam derita sepanjang hari di kamp sana saat saya di perkosa bergantian dengan biadap oleh belasan lelaki setiap hari.Saya berdoa agar Tuhan mengirimkan seseorang untuk membunuhi para jahanam itu,dan menyelamatkan diri saya.Dan Tuhan memberikan harapan pada saya dengan berkali-kali mengirmkan Tuan kedalam mimpi saya…”
Tak seorangpun yang bicara setelah itu.Sepi,kecuali isak perlahan Thi Binh.
“Maaf jika saya datang terlambat.Namun barangkali bukan saya yang datang kedalam mimpimu,Dik..”ujar si Bungsu perlahan.
“Dari mana saya tahu nama negeri Tuan adalah Indonesia?Saya tak pernah mengetahui nama itu,baik di buku bacaan atau di sekolah.Terakhir,dua hari sebelum saya di bebaskan dari kamp karena penyakit kotor ini,Tuhan kembali mendatangkan Tuan ke dalam mimpi saya.Saat itu sipilis sudah menggerogoti diri saya dengan hebat.Tuanlah satu-satunya harapan saya untuk membalaskan dendam.Mimpi itu tak mampu saya ingat keseluruhannya.Di antara demam yang hebat,saya hanya melihat Tuan sepenggal-sepenggal.Kendati demikian,saya mengingatnya dengan baik…”gadis itu berhenti,dia minta minum.
Usai menghirup semangkok air putih matanya kembali menatap nanap pada si Bungsu.
“Dalam mimpi itu,saya melihat Tuan bertiga,seorang gadis indo yang cantik sekali dan seorang lelaki,mungkin abangnya.Di laut ada sebuah kapal perang,besar sekali.Gadis itu bersama abangnya naik kekapal,dia menangis karena tuan tak ikut naik.Tuan berlayar sendiri di kapal perang kecil,sambil berbisik pada saya,sabarlah Thi-thi…saya akan datang membantumu.Itu yang saya lihat dan dengar dalam mimpi saya.Jika apa yang saya lihat dalam mimpi saya yang terakhir tidak pernah dalam hidup tuan,artinya kapal perang yang besar itu,gadis indo yang cantik itu,tak ada kaitannya sama Tuan,maka benarlah bahwa buka Tuan orang yang dikirim Tuhan kedalam mimpi saya itu…”
Kini tak hanya Thi Binh,tapi juga Duc Thio dan Han Doi menatap si Bungsu dengan nanap-nanap.Demi Tuhan Yang Maha Pencipta,Yang Maha Mengetahui,si Bungsu merasa dirinya mmenggigil dahsyat mendengar penuturan gadis itu.
“Engkaukah yang dilihat Thi-thi di dalam mimpinya itu,Bungsu?”ujar Han Doi perlahan.
Si Bungsu menatap pada Thi Binh.Gadis itu menatap padanya tak berkedip.
“Andakah yang dikirim Tuhan ke dalam mimpi saya itu,Tuan..”desah Thi Binh.
“Tuhan Maha Besar!Benar,sayalah yang engkau lihat dalam mimpimu itu,Dik.Saya tak tahu kenapa saya bisa menyelinap ke dalam mimpimu.Tapi,Ya Allah,semua yang engkau dalam mimpi itu,kapal perang besar,seorang gadis Indo dan abangnya,semuanya benar…”ujar si Bungsu dengan suara bergetar.
“Ada yang lupa saya ceritakan.Saat di dalam air,Tuan menekan-nekan jam tangan yang terletak di tangan kiri.Saat itu saya seperti membaca pikiran Tuan tentang jam itu.Jam itu memiliki berbagai kegunaan.Bisa mengeluarkan kawat baja halus,pisau dan mengirimkan sinyal.Jam itu bertali kulit hitam dengan plat berwarna biru..”
Han Doi segera meraih tangan si Bungsu sebelum anak pamannya itu selesai bicara.Menyingkapkan lengan baju pemuda itu,dan semua yang di ceritakan Thi Binh mengenai jam tangan dalam mimpinya,segera terlihat di lengan kiri anak muda itu.Si Bungsu benar-benar tak mampu bersuara.Dia bangkit dari duduknya.Kemudian mengulurkan tangan pada gadis belia itu.Namun gadis itu segera menghindar.
“Jangan sentuh saya.Tuan akan tertular penyakit sa….”
Ucapannya terputus oleh jamahan lembut tangan si Bungsu di pipinya,dia menatap lelaki yang sering datang dalam mimpinya itu.Si Bungsu memegang bahu gadis itu,kemudian merangkulnya.Merasa bahwa lelaki ini tidak jijik pada dirinya yang terjangkit sipilis,hati Thi Binh menjadi luluh.Sesaat gadis itu balas memeluk dengan erat,diantara air mata yang membasahi pipinya.
“Mengapa lama benar engkau baru datang,Tuan..?”bisik Thi Binh dari dalam pelukan si Bungsu.
“Maafkan saya,Dik.Saya sungguh tak tahu,kalau Yang Maha Kuasa Mengatur telah menetapkan langkahku agar bertemu denganmu disini.Kalau saya tahu,takkan sedetik pun saya terlambat..”bisik si Bungsu,dengan jantung yang berdetak keras,mengingat mimpi yag amat aneh yang menyelusup kedalam tidur gadis ini.
Gadis itu masih memeluknya.Sambil berlutut si Bungsu memeluk gadis itu dan membelai rambutnya dengan perasaan iba.Beberapa saat kemudian,terbawa oleh kondisinya yang masih lemah,gadis itu tertidur dalam pelukan si Bungsu.Setelah yakin gadis itu tertidur pulas,perlahan si Bungsu membaringkannya ditikar beralaskan selimut kusam,ditempat mana selama empat hari ini dia tak sadarkan diri.Kudis sebesar benggol yang selama ini berair,yang terletak di sudut bibir Thi Binh,kini kelihatan sudah mengering.
Ketiga lelaki itu kemudian pindah ke ruangan sebelah.Meninggalkan Thi Binh tidur.Malam harinya Han Doi turun kehalaman.Dia tegak diam di dekat batang durian.Matanya mencoba menembus kegelapan malam,menatap kebahagian hulu dan hilir kampung,sembari memasang telinga.Sepi terasa mencekam.
“Kita harus menyingkir dari pondok inii segera.Saya punya firasat,paling lama pagi ini,tentara Vietkong akan datang menangkap kita.Kita harus menyingkir ke hutan sebelum mereka datang…”ujar si Bungsu ketika mereka bertiga duduk di ruang tengah.
“Bagaimana cara membawa Thi-thi..?”ujar Duc Thio,menghawatirkan anaknya.
“Saya rasa,kalau dia bangun sebentar lagi,tenaganya akan pulih…”ujar si Bungsu perlahan.
“Bagaimana mungkiin.Kondisinya begitu lemah.Sudah seminggu tak makan,kecuali bubur ayam tadi…”ujar Duc Thio.
“Jika ramuan yang saya minumkan padanya mampu membuat dia sadar dan bisa makan,maka kini ramuan itu dalam proses memulihkan tenaganya…”ujar si Bungsu perlahan.
Baik Duc Thio maupun Han Doi menatap si Bungsu.Namun saat itu pula mereka mendengar ada yang bergerak di kamar sebelah.Duc Thio bergegas melangkah kekamar sebelah..Namun langkahnya terhenti dipintu tengah.Dia terhenti karena melihat anaknya sedang menuju ke dapur.
“Saya lapar…”ujar remaja cantik itu sambil mengangkat tutup periuk.
Karena periuk itu tak ada isinya,dia memasukkan tepung bubur,kemudian memotong ayam yang di salai di atas tungku,kemudian memasukkannya kedalam periuk.Lalu memasukan kayu ke tungku,kemudian menghidupkan api.lalu menambahkan ramuan bubur itu dengan daun seledri dan garam.
“Saya lapar…”ujarnya malu-malu menatap pada ayahnya.
Kemudian gadis itu melihat durian yang sudah terbelah,yang di letakkan di pinggir dinding,durian itu tadi tak habis oleh si Bungsu.Lalu gadis itu melangkah kesana dan memakan durian itu di bawah tatapan ayahnya dan Han Doi.Dalam waktu singkat durian itu habis di lahapnya,sambil menjilati tangan nya yang di lumuri durian dia melangkah lagi ke dapur dan mengangkat tutup periuk yang isinya telah menggelegak.
“Ada yang ingin makan?”ujarnya sambil mengambil mangkuk.
Duc Thio menoleh pada si Bungsu.Si Bungsu tersenyum.Dengan langkah lebar dia melangkah kearas si Bungsu duduk.Kemudian berlutut,kemudian menunduk dalam-dalam hingga keningnya hampir menyentuh lantai.
“Terimakasih,Tuan telah menyelamatkan nyawa anak saya…”ujar lelaki separoh baya itu dengan suara serak.
Si Bungsu memegang bahu Duc Thio.
“Bangkitlah paman,saya hanya membantu apa yang dapat saya bantu…”
“Terimakasih,saya berhutang satu nyawa pada Tuan…”ujar Duc Thio penuh haru.
“Sementara Thi Binh makan,berkemaslah kita harus segera meninggalkan tempat ini…”ujar si Bungsu.
Duc Thio berdiri dan melangkah ke ruang sebelah.Dia mengambil sebuah kantong kain lusuh,,dan memasukkan beberapa helai pakaian dan barang-barang yng amat di perlukan.
“Kita akan pergi…?”ujar Thi Binh sambil mene;lan bubur ayamnya.
“Ya,kita harus pergi nak..”
“Kita ke kamp itu untuk membunuh para jahanam itu bukan?”ujar gadis itu sambil menatap si Bungsu.
Si Bungsu ingat cerita gadis itu tentang mimpinya.Bahwa dia datang menolong Thi Binh membunuhi tentara Vietkong dan menyelamatkan gadis itu.Ingat mimpi gadis itu,si Bungsu mengangguk perlahan.Wajah Thi Binh berseri.Dia menelan sisa buburnya,kemudian bergegas kedekat pembaringan.Mengambil baju lusuhnya yang hanya dua helai,berikut sisir rambut,memasukkannya ke tas kain ayahnya.
“Kita berangkat sekarang?”ujar Han Doi sambil berdiri.
Si Bungsu tak menjawab.
“Kita berangkat…?”tanya Duc Thio yang sudah menyandang tas nya.dan tegak di pintu dapur bersama anak gadisnya.
“Terlambat.Ada yang sudah sampai.Letakkan bungkusan,dan pura-pura tidur.Segeralah..!”ujar si Bungsu ketika melihat ketiga orang itu masih menatapnya heran.
Ketiga orang Vietnam Selatan itu dengan heran bercampur cemas menuruti perintah orang asing itu.Mereka baru beberapa detik membaringkan diri,ketika di bawah terdengar langkah-langkah mendekat.si Bungsu bangkit perlahan.
“Apapun yang terjadi,tetaplah diam disini,sampai saya kembali…”bisik si Bungsu sambil berjalan kepintu dapur.
“Tuan…”bisikan Thi Binh di pembaringan di putus si Bungsu dengan meletakkan jari di bibirnya,kemudian dia menyelinap kedapur.
Persis dibelakang rumah itu ada pohon kayu yang besar,yang dahan nya menjulai kejendela.Si Bungsu menyelinap dan dengan gerakan ringan melompat bergelantungan di dahan tersebut.Tanpa menimbulkan suara sedikitpun tubuhnya meluncur ketanah.Pakaiannya yang serba hitam membuat dirinya sempurna tak terlihat sedikitpun di kegelapan malam.Sementara kegelapan baginya sahabat yang dia kenal lekuk-likunya dan perangainya.Dia segera tahu di samping kanan rumah ada orang berdiri di bawah pohon durian yang diambil buahnya oleh Han Doi.
Sementara di samping kiri tegak pula seorang di bawah rumpun bambu kecil.Dibagian depan ada dua orang yang sedang bicara berbisik-bisik.Si Bungsu menyelinap kekanan.Dalam lima langkah lebar sambil menunduk,dia sampai dekat orang yang berdiri di bawah pohon durian itu.
Ssst…”bisiknya perlahan.
Orang itu menoleh kekiri.
Ceng cong ceng….”bisik lelaki itu dalam bahasa Vietnam utara,yang tentu saja tidak di mengerti si Bungsu artinya.Tapi Dia memang tidak memerlukan tahu apa arti kata bisik lelaki itu.

Tidak ada komentar: