Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 553-554

Dalam Neraka Vietnam -bagian 553-554


mengarahkan lampu sorot
Dalam Neraka Vietnam -bagian-553-554
Melihat jelas penjaga M12,7 tersentak-sentak dan terkapar di tempat duduknya dibelakang senapan mesin yang dia jaga di depan sana.komandan kapal patroli itu mencabut pistol,namun gerakannya terhenti ketika di ruangan yang tak seberapa besar itu dia melihat kehadiran orang lain.Nalurinya mengatakan kalau orang ini adalah bahagian dari komplotan pelarian yang memegang uzi di luar.
Dia segera mengarahkan pistolnya kearah orang itu.namun orang itu,yang tak lain adalah si Bungsu segera mengantisipasi.Dalam dua langkah panjang dan cepat,dia sudah berada di sejangkauan tangan di depan kapten itu.Si Kapten tiba-tiba merasakan tangan nya yang memegang pistol itu telah di cengkram orang tersebut.
Demikian keras cengkraman itu,seolah-olah di jepit ragum besi.Jari-jemarinya terdengar berderak.Dan tak ada yang bisa dia lakukan selain berteriak karena remasan tangan yang sangat kuat.Jurumudi kapal itu,yang baru menyadari ada orang lain diruangan itu setelah kapten nya meraung,segera meraih pistolnya di pinggang.Namun sambil mencengkram tangan si kapten,si Bungsu menghantam belakang kepala jurumudi itu dengan sebuah pukulan.Jurumudi itu tertelungkup diatas kemudinya.
Kapten kapal patroli itu bahu kanan nya sampai miring dan kepalanya iktu miring karena tangan nya yang memegang pistol itu masih di cengkram si Bungsu.Sebagai perwira yang ahli beladiri,tidak biasanya dia dengan mudah di perlakukan seperti ini.
Dia bermaksud mempergunakan tangan kirinya yang bebas,atau kakinya untuk menendang.Namun entah mengapa,saat tangan kanannya di cengkram lelaki ini,semua anggota tubuhnya yang lain tak bisa di gerakkan
.Apapun gerakan yang dia buatnya,yang terasa adalah rasa sakit di hulu jantungnya.Semua gerakan yang dia lakukan berakhir dengan seringai sakit.Si Bungsu menghantamkan tangan kirinya kewajah kapten yang sedang menyeringai itu.Hidung kapten itu kontan remuk,enam giginya berderak copot dihant am oleh lelaki dari Situjuh Ladang Laweh itu.
Pistolnya segera beralih ketangan si Bungsu.Dan si kapten terhantar di lantai dengan kesadaran tinggal separuh.Saat itu Le Duan memapah adiknya keruang kemudi.Tak lama kemudian dalam ruang kemudi itu Ami mulai berangsur sadar dari pingsannya.
“Hei,sudah bangun?”sapa si Bungsu.
Gadis itu untuk sementara mengejap-ngejap mata.Menatap pada si Bungsu,pada abangnya.Kemudian bergerak perlahan kearah si Bungsu sembari menutupi dadanya yang terbuka dengan bajunya yang robek.
“Aku ingin cepat keluar dari mimpi buruk ini,Bungsu…”bisiknya sambil memeluk si Bungsu erat-erat dari samping.
“Kita lanjutkan rencana kita.Hanya tinggal dua babak menjelang babak akhir…”ujar si Bungsu.
Le Duan sudah mengambil alih kemudi.
“Bisa dicari posisi kapal patroli yang lain dengan radar?”tanya si Bungsu.
“Ya,saya sedang memantaunya.Ada tiga kapal disekitar kita.Yang terdekat sekitar dua mil,yang terjauh sekita sepuluh mil…”jawab Le Duan.Sambil merperhatikan layar radar yang ada di dekat kemudi.
“Baik,sekarang kita cari mayat-mayat pengungsi tadi…”ujar si Bungsu.
Le Duan segera memutar kapal itu kearah mereka datang tadi.Dia menyetel lampu sihingga cahaya nya menyapu laut di depan mereka.Dengan memutar tuas yang ada di ruang kemudi.Si Bungsu yang tubuhnya masih di gelayuti Ami,mengarahkan lampu sorot kekiri-kekanan.
Saat itu kapten kapal itu siuman,disusul jurumudinya.Ami melepaskan pelukannya dan menendang kapten itu,si kapten melenguh pendek dan pingsan lagi.Jurumudinya di hajar dengan tumit tentang dadanya.Mata jurumudi itu terbelalak dan kembali terjengkang.
“Hei,jangan bunuh mereka…”ujar si Bungsu.
“Mereka hanya tidur sebentar….” ujar Ami.
Sekitar lima menit berlayar,lewat lampu sorot mereka melihat dua tubuh mengapung di laut.
“Lambatkan mesin…”ujar si Bungsu.
Le Duan memperlambat mesin kapal.Posisi dua mayat itu,mayat wanita yang masih memeluk bayi lelakinya,terlihat mengapung dekat lambung bagian kanan.Ketika mayat itu berjarak tiga atau empat meter dari lambung kapal,si Bungsu menyuruh menghentikan kapal.Kemudian dia menatap Ami yang masih saja bergelayutan di tubuhnya.
“Bisa kau bangunkan sahabatmu yang tidur itu,Ami..?”ujar si Bungsu perlahan.
Ami menatap lemari di dinding belakang ruang kemudi itu.Membukanya.Dan disana ada termos dan roti.Dia ambilnya termos itu.Ketika dibuka tercium aroma kopi yang cukup harum.
“Mereka butuh kopi saat udara dingin begini…”ujar Ami sambil berjalan kearah tubuh kapten dan jurumudinya.
Lalu tanpa bicara,dia menyiramkan kopi panas itu kewajah kedua tentara vitnam itu.Keduannya sontak kaget tersadar dari pingsannya.Mereka memekik akibat siraman kopi panas itu.Si Bungsu melepaskan tuas lampu sorot,menguncinya.dimana cahaya lampu sorot itu terarah ke dua tubuh mayat yang mengapung di laut.Kemudian dia mencekal leher si kapten,Membawanya berdiri.Le Duan menyeret jurumudi.Mereka membawa kedua orang itu keluar ruang kemudi,lalu menuju dek bahagian kanan kapal.
“Kalian lihat dua mayat itu?”ujar si Bungsu,yang cepat diterjemahkan Le Duan ke bahasa Vietnam.
Mata kedua tentara itu bukanya melihat kearah kedua mayat itu.Melainkan menatap kelaut luas.Berharap kapal patroli yang lain datang membantu.Namun sejauh mata memandang yang terlihat hanya kegelapan.
“Sudah tak terhitung jumlah orang-orang yang kalian biarkann mati di tengah laut.Kini giliran kalain bagaimana rasanya mati seperti itu.Untuk semetara untuk bisa mengapung,kalian harus minta tolong kedua mayat itu.Tubuhnya terpakasa kalian jadikan pelampung.Kini turunlah…!”perintah si Bungsu.
Belum habis takut dan kecut hati kedua orang itu,tiba-tiba tubuh mereka sudah melayang ke laut,semeteran dari mayat yang terapung-apung itu.
Kapten itu memekik sambil memohon-mohon minta belas kasihan.Demikian juga jurumudi nya.Mereka menggapaikan tangan ke kapal berusaha mencari pegangan.Namun bibir dek kapal terlalu jauh untuk mereka jangkau.Ombak yang deras membawa mereka menjauh dari kapal.Mendekati mayat yang mengapung dengan diam.Si Bungsu dan Le Duan menatap dingin kerah kedua tentara Vietnam itu.
“Jalankan kapal…”ujar si Bungs
Le Duan memasuki kamar kemudi.Menambah gas kemudian kapal itu meluncur.Meninggalkan tentara itu dengan ketakutan yang luar biasa itu.Si Jurumudi kemudian berenang memdekati mayat yang mengapung itu.Dia sungguh takut.Namun ucapan lelaki asing itu ada benarnya,walau jijik dan ketakutan mayat ini bisa dijadikan pelampung.Lalu menggantung disana.Benar,karena mayatnya sudah berlobang porinya dan di penuhi air bisa dijadikan pelampung darurat.Dan berusaha menggerak-gerakan kakinya biar bisa dimengapung.
Dengan cara itu pula dia berusaha mendekati si jurumudi.Yang bergelayut di mayat yang kapal mereka menenggelamkannya.Namun si jurumudi tampaknya tak mau di ganggu.Untuk menahan tubuhnya saja mayat itu sudah tak begitu kuat.Apalagi harus berdua dengan kapten itu.Diam-diam dia mengayuh kakinya agar menjauh dari jangkauan sang kapten.Sedangkan si kapten berusaha juga untuk mencapai mayat itu.
Semakin kuat dia berenang,tambah kuat juga dia menjauh,si Kapten akhirnya tahu perbuatan jurumudinya.
“Hei,kau jangan menjauh terus.Tolong aku….!”serunya.
Tapi sersan itu tak peduli.Dengan masih menatap si kapten kakinya tetap mengayuh,makin lama jarak mereka bertambah jauh.
“Sersan keparat!!dengarkan ucapanku,kayuhkan dirimu kemari…itu perintah,cepaat…!”hardik si kapten .dengan suara terengah-engah lemah menahan marah.
“KeNeraka lah,perintah laknat mu itu kapten….”ujar sisersan masih berusaha menjauh.
“Sebentar..glk…lagi kapal patroli..glk..datang.Kau akan dii..glk..hukum tembak bila melanggar pe..glk..rintah…”ujar si kapten yang sudah timbul tenggelam.

Tidak ada komentar: