Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 681-682

Dalam Neraka Vietnam-bagian 681-682


Dalam Neraka Vietnam-bagian-681
“Maksud anda…?”
“Alfonso Rogers,Ayah Roxy,bersedia membayar saya berapa saja.Asal anak gadisnya bisa di cari dan di bebaskan..”
“Lalu…”
“Ya,sekarang uang bayarannya tak mungkin lagi saya minta.Anak itu sudah bebas,sedangkan saya di sini.Di antara mayat hiup dan mayat beneran.Kecuali kita bisa membuka Bank di lobang ini,dan ayah gadis itu bisa mengirimkan uang itu kesini…”ujar si Bungsu sambil tersenyum.
Si rambut hampir botak kembali memaki-maki.Namun Letnan Cowie dan yang lainnya hanya nyengir mendengar guyonan orang Indonesia ini.
“Barangkali anda bisa menolong kami keluar dari lobang berair ini Bungsu.Saya sudah tak peduli mati hari ini atau esok.Tapi,kalau mati saya memang akan protes dikuburkan dalam lobang ini..”ujar Cowie sambil meludah.
“Hei,hei,hei!Apakah aku tak salah dengar,bahwa engkau mempercayai orang berkulit berwarna ini akan membebaskan kita?”ujar si rambut hampir botak.
“Jangan dengarkan omomgannya.Jika ada orang yang tak di caci makinya mungkin ibu bapaknya,tapi aku juga kurang yakin akal hal itu…”
Ucapan si Letnan belum berakhir.Sersan Tim Smith yang berambut hampi botak itu menerjangnya.Namun gerakan kakinya seperti film yang di putar lambat,slow motion kata orang.Letnan Cowie mengibaskan kaki kurus yang terangkat di air secara perlahan itu.Tim Smith segera terjengkang.Tubuhnya tak tenggelam karena cowie dengan cepat meraih leher bajunya yang compang-camping itu.
“Fuck you!Fuck..Fuck..!!!”maki Tim Smith bercarut-carut.
Dan ujung carutnya adalah batuk yang terkaing-kaing.Lidahnya sampai terjulur dan liurnya meleleh oleh batuk terkaing-kaing panjang itu.Si Bungsu baru benar-benar merasakan sebagian Dalam Neraka Vietnam.Selama tiga hari dia di dalam lobang itu tak sebutir nasipun atau sepotong makanan apapun yang di berikan tentara Vietnam kepada mereka.Namun yang benar-benar membuat mereka kehabisan tenaga adalah bau mayat.Mayat tentara Amerika yang kepalanya di popor waktu pertama kali datang di pinggir lobang ini tak pernah di angkat.
Mayat itu sudah menggembung besar.Baunya minta ampun.Dua tentara yang sama di campakkan ke lobang itu berkali-kali jatuh pingsanNamun letnan Cowie dan sersan Tim Smith berusaha agar dua orang yang sebentar pingsan itu tak tenggelam.Sebab,jika itu terjadi di pastikan dalam satu menit orang itu akan mati.Kedua orang itu,Cowie dan Smith,nampaknya sudah agak imun dengan bau mayat.Mereka memang ikut menderita dengan bau mayat itu tapi tak sampai pingsan.
Dalam waktu tiga hari dalam keadaan tak makan dan minum itu,si Bungsu jadi tahu azab apa yang dialami Cowie,Smith dan teman-temannya.Mereka di beri makan apabila orang Vietnam itu merasa perlu untuk memberi.Kadang-kadang sekali sehari,kadang-kadang sampai dua atau tiga hari baru di beri makan.Makananya pun makanan yang sudah agak basi atau makanan yang sudah akan di buang.Benar-benar tak ada gunanya memikirkan konvensi perang tentang hak-hak tawanan perang.
Bahkan ketika bau busuk sudah tak tertahankan,Cowie mengingatkan tak ada gunanya memanggil penjaga.Teriakan memerlukan tenaga.Teriakan menguras energi.Tak ada gunanya,sekalipun sampai ke langit mereka berteriak,takkan ada yang peduli.Lebih baik menyimpan tenaga agar tak lebih menderita.satu-satunya harapan mereka mengisi perut adalah ketika hujan.Dengan membuka baju dan menambung air hujan,mereka peras langsung ke mulut.
Air perasan baju itu,alangkah nikmatnya,untuk mengisi perut mereka juga memakan cecak yang jatuh ke lobang tersebut.
“Apapun yang jatuh dari atas,cecak,lipan,keong,katak dan ular sekalipun pernah kami makan ketika ada ular sebasar tangan jatuh kesini,habis kami santap.Hal itu kami lakukan semata-mata demi pempertahankan hidup..”ujar Cowie perlahan.
“Saya punya firasat.Dan saya selalu yakin pada firasat saya,karena seringkali terbukti benar,bahwa siapaun diri anda Tuan,kami berharap anda bisa membantu kami keluar dari Dalam lubang Neraka ini..”ujar Cowie sambil menatap si Bungsu.
Kali ini Tim Smith yang tukang carut-carut dan induk cemooh itu,tak mengeluarkan kata sepatahpun.Semula dia menatap pada komandan kompinya yang bernama PL Cowie itu dengan tatapan heran mendengar ucapan yang sungguh-sungguh itu.Ketika dia lihat Cowie menatap lelaki asing itu,dia jadi sadar kalau lelaki itu bukan kroco sebagaimana yang dia duga. Cowie tak pernah memuji jika sesuatu yang dia yakini dan tak pantas di puji.Cowie juga tak pernah berharap,jika firasatnya mengatakan kalau tak ada harapan.
Lalu dia juga ikut menatap si Bungsu.Si Bungsu hanya berdiam diri.Sesekali menggaruk paha,perut dan punggungnya yang gatal.Tiba-tiba Smith ingat sesuatu.Dia teringat perkataan Smith,Dua,tiga hari lalu yang di ucapkan nya berkali-kali.
“Ini orang yang kau sebutkan itu letnan?”ujar Smith perlahan.
Cowie menatap pada Smith beberapa saat.Kemudian mengangguk.Si Bungsu dan kedua tentara lainnya hanya berdiam diri,tak mengerti apa yang di bicarakan kedua orang tersebut.
“Tapi…tapi saya tak melihatnya membawa samurai..”sambil mempelototi si Bungsu.
Mendengar ucapan itu,si Bungsu lah yang tersentak.Dia menatap pada Smith,kemudian pada Cowie.Smith kembali bicara.
“Cowie adalah,maaf,maksud saya,sebagaimana orang Amerika keturunan negro lainya,nenek moyang Cowie berasal dari afrika.Beberapa di antaranya masih mewarisi naluri,firasat atau pengetahuan metafisik,semacam ilmu dari dunia ghaib.Pasukan kami beberapa kali selamat karena firasat leluhurnya itu.Dan kami masuk ke lobang Neraka ini karena komandan kami tak mengikuti saran nya.Nah,beberapa kali Cowie berkata,bahwa dia melihat sebuah bayangan orang asia,berpedang samurai,yang akan datang membebaskan kami.Setahu saya,bangsa yang memakai samurai hanya bangsa Jepang..Tapi..menurut dia sebentar ini,anda lah yang beberapa kali dia lihat dalam bayangan metafisik itu.Apakah anda membawa samurai..?”ujar Smith.
Lama si Bungsu terpana mendengar cerita tim Smith.Dia menatap PL Cowie,negro kurus berbibir tebal dan berambut kribo itu juga menatapnya.si Bungsu segera menyakini cerita Tim Smith kalau ada seseuatu yang lain pada diri negro yang satu ini.Nalurinya membisikkan itu.Sebaliknya,sejak awal-awal kedatangan si Bungsu,Cowie sudah merasakan bahwa lelaki itu bukan sembarang orang.Si Bungsu tiba-tiba teringat pada Thi Binh.Gadis itu juga pernah melihatnya dalam mimpi.Mimipi itu,menurut penuturan thi Binh,datang berkali-kali saat dia di perkosa dan di paksa menjadi budak nafsu di barak pasukan Vietnam.
Kini ternyata mengalami hal yang sama.Bedanya,jika Thi Binh melalui mimpi,Cowie melihatnya dalam bayangan Metafisik.Semaca halusinasi dan bayang samar,saat orang tertentu berkonsentrasi dan menghubungkan diri dengan alam ghaib.
“Anda pernh memiliki samurai ?”desak Smith.
Si Bungsu menatap pada Cowie.Cowie juga tengah menatap padanya dengan tajam.Demikian juga Smith dan kedua orang lainnya.Akhirnya si Bungsu mengangguk.Ketiga tentara itu pada terpana.
Oh,my god..!Anda akan mempergunakannya?”ujar Smith dengan suara bergetar.
Si Bungsu tak segera menjawab.Namun di depan Cowie tak seharusnya dia menutup-nutupi siapa dirinya.Lelaki ini memiliki pandangan yang menembus ruang dan waktu.Yang dalam ilmu pengetahuan di sebut alam metafisik,yang di warisi dia dari leluhurnya dari belatara Afrika sana.
“Anda mahir memergunakan samurai?”kembali smith bertanya.
Keempat tentara dalam lobang itu kembali di ingatkan kembali pada keaadaan mereka saat ini.Mereka juga menatap keliling,kemudian keatas.Ke Bambu yang silang menyilang yang di jadikan penutup lubang.Jerajak bambu yang di jadikan penutup lubang itu sebesar paha lelaki dewasa hanya sekitar empat meter di atas mereka.

Dalam Neraka Vietnam-bagian-682
Namun karena kukuhnya dan karena kondisi mereka seperti sekarang, tanpa alat apapun untuk bisa dipakai melarikan diri, atap bambu yang tingginya hanya empat meter itu terasa berada jauh di atas langit sana.
Kelima mereka hampir serentak memandang ke atas. Karena saat itu sayup-sayup mereka mendengar pekik wanita. Namun yang terlihat tetap saja bambu
bersilang-silang empat segi, daun pepohonan yang ditimbunkan ke bambu itu, yang berfungsi sebagai kamuflase sekaligus atap lobang tempat mereka
disekap. Tak ada satu pun yang terlihat. Yang sampai ke tempat mereka hanya suara pekik dan erangan perempuan. Suara pekik dan erangan itu memang
berasal dari mulut seorang wanita, datang dari pondok penjagaan sekitar tiga depa dari mulut lobang tempat menyekap tawanan perang tersebut.
Karena dekatnya jarak antara mulut lobang dengan pondok itulah makanya mereka yang berada di dalam lobang tersebut tidak hanya mendengar pekik si
wanita, tetapi juga erangannya. Bahkan sayup-sayup mereka menangkap suara nafas yang tersengal-sengal. Nafas memburu seperti berlari kencang yang
keluar dari mulut lelaki, yang juga keluar dari mulut wanita. Mereka menatap nanap ke atas dengan mata hampir melotot. Seolah-olah ingin mengetahui apa
sebenarnya yang tengah terjadi di atas sana. Di atas sana, di pondok penjagaan itu, memang sedang terjadi sesuatu.
Milisi Vietnam, yaitu orang-orang sipil yang menjalani wajib militer, tidak hanya dikenakan pada kaum pria. Juga dikenakan kepada wanita. Itu pun tidak hanya
kepada mereka yang dewasa, yang masih kanak-kanak pun demikian. Soalnya, sebelum pecah menjadi Vietnam Utara dan Selatan, negeri ini sudah menjalani
peperangan yang sangat panjang. Sudah sejak zaman negeri ini dijajah Perancis selama 100 tahun. Dalam perang yang amat panjang untuk merdeka, yang
meremukkan hampir seluruh sendi kehidupan Vietnam itu, negeri tersebut sudah mengorbankan ratusan ribu, jika tidak jutaan orang.
Itulah sebabnya hampir semua penduduk, lelaki wanita, tua maupun muda, dihimbau untuk angkat senjata melawan penjajahan, atau siapa saja yang
mencoba mengekspansi negeri mereka. Yang terakhir, dalam upaya menyatukan negeri itu di bawah kekuasaan komunis, mereka berusaha merebut kembali
Vietnam Selatan yang dibeking habis-habisan oleh Amerika. Namun mereka, orang-orang utara, yang sebelum dan semasa penjajahan Perancis sebenarnya
bersatu dengan selatan, kini tidak hanya berhasil menyatukan kembali selatan dengan utara, tetapi juga mengusir tentara Amerika.
Mengusir tentara dari negara paling super dan paling ditakuti, karena memiliki peralatan perang paling canggih di dunia. Jika akhir peperangan itu
mendatangkan rasa bangga yang luar biasa bagi rakyat Vietnam Utara yang komunis, karena berhasil mengalahkan tentara dari negara terkuat di dunia, maka
bagi Amerika akhir perang Vietnam adalah sebuah aib besar, yang takkan mungkin terhapus dengan apapun sepanjang zaman. Wanita Vietnam yang ikut
memanggul senapan tugasnya sama saja dengan pria. Dalam perang selama puluhan tahun, mereka sudah tertempa dengan berbagai kondisi.
Hari itu, saat kelima tawanan di dalam lobang sekapan mendengar suara jerit dan erang, adalah saat aplusan untuk menjaga lobang penyekapan tersebut.
Saat si Bungsu pertama tiba, yang menjaga adalah dua milisi pria, maka kini yang menggantikan adalah seorang milisi wanita dan seorang milisi pria. Para
milisi ini berpakaian hitam-hitam, semuanya tanpa tanda pangkat. Perang, sebagaimana terjadi di belahan bumi manapun, ternyata tidak hanya
mendatangkan bencana secara fisik kepada negeri tempat terjadinya perang, tetapi juga memporak-porandakan moral dan nilai-nilai.
Yang paling menderita adalah para wanita. Ya musuh, ya orang kampung sendiri, asal dia ikut berperang tiba-tiba saja fi’ilnya berubah menjadi beringas. Kaum
wanitalah yang senantiasa paling banyak menjadi korban kebuasan perang. Kebuasan tentara penyerang, maupun tentara pihak bertahan.
Begitulah kebuasan sebuah perang. Kebuasan yang tak mengenal batas moral dan agama. Tak mengenal batas buruk dan baik. Bila keberingasan dan nafsu
sudah memanjat ke ubun-ubun, semua batas pun runtuh.
Dua milisi yang tegak berjaga di bawah pondok itu pun bersiap turun, manakala melihat penggantinya sudah tiba. Saat keduanya akan turun, tiba-tiba yang
seorang matanya terpandang pada dada wanita milisi yang akan menggantikannya. Padahal baju seragam tentara berwarna hitam yang dikenakan wanita itu
buahnya terkancing semua. Namun karena dada wanita itu memang demikian ranum dan sekal, ada celah terbuka di antara dua kancing bajunya. Dari celah
baju yang tersingkap tak sampai seukuran kelingking itu, dia mengintip pangkal dada wanita tersebut. Putih dan memabukkan dan mengirimkan sentakan ke
ubun-ubun.
Anggota milisi yang akan turun itu mendagut liurnya. Lalu dengan kaki separoh menggigil menuruni tiga buah anak tangga pondok tersebut.

Tidak ada komentar: