Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 621-622

Dalam Neraka Vietnam -bagian 621-622


Dalam Neraka Vietnam -bagian-621
“Engkau yakin aku membunuh dua orang tentara?” tanya Thi Binh dalam nada tak percaya.
Si Bungsu mengangguk.
“Bagaimana engkau mengetahuinya?”
Si Bungsu hanya tersenyum. Dan Thi Binh segera menyadari bahwa lelaki ini memiliki indera keenam yang amat tajam. Indera keenam yang amat tajam itu pula yang kini menyebabkan si Bungsu tiba-tiba mendongakkan kepala. Dia memandang keliling. Kemudian membungkuk, lalu mendekapkan kepala ke tanah. Wajahnya menjadi tegang. Namun ketika bangkit, wajahnya tak menampakkan ekspresi apapun. Datar dan dingin.
Saat itu Roxy membuka mata. Matanya nanap menatap Thi Binh. Dan Thi Binh segera memeluknya.
“Kudengar semua ucapanmu beberapa saat sebelum aku pingsan Thi-thi. Terimakasih engkau sangat mengkhawatirkan nyawaku…” ujarnya perlahan.
“Thi-thi jaga dia. Saya akan ke tempat Duval…” ujar si Bungsu.
Ketika si Bungsu beranjak. Thi Binh meraih senapan mesin ringan ke dekat dirinya. Kemudian dia menatap pada Roxy.
“Maukah engkau menjadi kakakku?” bisiknya.
Roxy menatap gadis Vietnam itu. Kemudian di antara air matanya yang mengalir, dipeluknya Thi Binh erat-erat. Thi Binh juga tak mampu menahan air matanya.
“Aku tak punya saudara Thi-thi. Tidak ada abang dan tidak ada adik. Aku anak tunggal. Aku bahagia jika engkau mau jadi adikku, Thi-thi…” bisik Roxy.
“Terimakasih, Kakak. Terimakasih…” ujar Thi-thi di antara isaknya, yang tak mampu dia tahan karena terharu dan bahagia.
Si Bungsu dengan cepat menyelinap ke tempat Duval. Dia bersandar ke sebuah batu, di antara bebatuan besar yang dijadikan Duval sebagai tempat bertahan.
“Bagaimana Roxy?” tanya Duval saat lelaki dari Indonesia itu duduk di sampingnya, sambil matanya terus mengawasi tempat-tempat yang dipergunakan tentara Vietnam mengepung mereka.
“Tertembak dadanya. Sudah saya obati. Sekarang sudah sadar. Kita harus segera menyingkir dari sini. Peleton lain sedang menuju kemari…” ujar si Bungsu.
Letnan Duval menatap ke arahnya sejenak. Kemudian matanya kembali mengawasi semak pohon dan bebatuan antara lima puluh sampai seratus meter di depan sana.
“Berapa orang mereka?” tanya Duval.
“Antara sepuluh sampai dua puluh orang….”
“Masih berapa jauh?”
“Hanya sekitar sepuluh menit lagi…”
Letnan Duval kembali menatap ke arah si Bungsu.
“Berapa besar kemungkinan kita bisa lolos?” ujarnya.
“Seratus persen…” jawab si Bungsu.
Letnan dari SEAL itu menatap tepat-tepat kepada si Bungsu.
“Engkau bawa Roxy dan Thi Binh melewati jalur kanan, tetap menempuh arah matahari terbit. Sekitar setengah jam kalian akan bertemu dengan kolonel MacMahon. Saya akan menghadang mereka habis-habisan di sini…”
“Saya membawa kedua gadis itu, dan engkau bertahan di sini sendirian?” desis Duval.
“Engkau mempunyai gagasan yang lebih baik?”
“Jauh lebih baik dari gagasanmu, Pak…” ujar Duval.
“Ceritakanlah…”
“Kita bertukar tempat…”
“Maksudmu?”
“Aku yang bertahan di sini. Engkau yang membawa kedua gadis itu…” ujar Duval sambil menatap pada si Bungsu.
Si Bungsu menarik nafas. Dia yakin, tawaran Duval bukan karena letnan itu tak yakin pada kemampuannya untuk bertahan. Tawaran itu semata-mata karena rasa tanggungjawab.

Dalam Neraka Vietnam -bagian-622
“Terima kasih,Anda yang berangkat.Saya yang bertahan…”
“Pak…”
“Ini perintah….”
Duval menatap si BUngsu,kemudian bangkit.Lalu dipeluknya laki-laki dari Indonesia itu tanpa mampu bicara sepatahpun.
“Kini kita bergabung dengan dua gadis itu,Kita harus mereka lihat dalam suatu kelompok…”ujar si Bungsu menjelaskan bagian dari rencananya.
Kemudian secara singkat dia jelaskan jalan yang harus ditempuh Duval,Duval mengangguk.Si Bungsu berdiri,kemudian melangkah kesamping.Lalu menmbak kesalah satu tempat persembunyian tentara Vietnam.Setelah menembak tiga kali,dia segera berlari kearah dimana tadi dia meninggalkan Roxy dan Thi Binh.
Segera saja tembakan beruntun kearah dirinya.Namun Duval tak tinggal diam.Dia mencecar tempat-tempat datangnya tembakan dengan peluru senapan mesinnya.Si Bungsu berhasil dengan selamat mencapai tempat Roxy dan Thi Binh.Kedua gadis itu sedang duduk bersandar ke batu.Kondisi Roxy sudah jauh lebih baik.Si Bungsu memberi isyarat ke Duval.
Giliran Duval menyusul dan si Bungsu melindunginya dengan tembakan kearah tentara Vietnam.Tatkala Duval sudah bergabung,si Bungsu menghentikan tembakannya.Dengan cepat si Bungsu memaparkan apa yang akan terjadi dan apa rencana yang harus dilaksanakan untuk keluar dari kepungan ini.
“Kalian harus menyelinap dengan cepat.Jalur kanan ini,searah matahari terbit adalah jalur aman sampai ketempat Kolonel MacMahon.Dengan bergerak cepat,dalam setengah jam paling lambat,Kalian akan bergabung dengan MacMa…”
“Saya tinggal bersamamu disini….”ujar Thi BHinh,memutus pembicaraan si Bungsu.
Si Bungsu terdiam dengan ucapan tersebut.Dia menatap pada Thi Binh.Dia faham dan sudah menduga sikap gadis itu akan rencananya.
“Ada sekitar dua puluh tentara Vietnam yang dalam beberapa menit lagi akan sampai disini.Keselamatan kita tergantung seberapa cepat apa kita bergerak.

Tidak ada komentar: