Rabu, 06 November 2013

tikam samurai - Dalam Neraka Vietnam -bagian 655-656-657

Dalam Neraka Vietnam-bagian 655-656-657


Dalam Neraka Vietnam -bagian-655

tikam samuraiSelain itu ada rasa sakit yang si Bungsu rasakan di seluruh tubuhnya.Ada suara orang berbicara lambat-lambat.Masih dalam mata terpejam,dia akhirnya tahu kalau dia berada di tengah-tengah orang Vietnam.Karena pembicaraan yang sampai ke telinganya itu dalam bahasa Vietnam.
Perlahan dia membuka mata.Ada api unggun yang terbalik,sekitar sepuluh depa dari tempatnya dia berada.Saat membuka mata kedua kalinya inilah dia baru tahu kalau yang terbalik bukanlah orang-orang,api unggun atau rumah.Tapi dirinyalah yang terbalik,kepala kebawah kaki diatas.
“Aku masih hidup..”bisik hatinya.
Dia kembali memejamkan mata.Untuk sementara tak ingin membuka mata.Biar orang-orang Vietnam itu menyangka kalau dia masih pingsan.Dari penglihatan nya yang sepintas tadi,dia tahu kalau dia kini berada di daerah barak yang dia hancurkan tadi pagi.Pagi tadi?apakah peristiwa itu tadi pagi,atau….?Si Bungsu mencoba kembali menyusun ingatannya.
Di mulai saat dia meninggalkan Lok Ma,Sersan pencari jejak Vietnam yang dia totok sehingga tak bisa bergerak tanpa menciderai orang tersebut.Dengan cepat dia melangkah kearah danau yang pernah dia tempuh,yang menurut rencana,akan mereka pakai tempat berkumpul untuk meloloskan diri.Dia harus dengan cepat menyusul rombongan MacMahon dan Duval yang datang kemudian bersama Roxy dan Thi Binh.Ada yang dia khawatirkan kalau-kalau regu pemburu yang lain mengejar dari arah danau itu.
Dia yakin,bahaya menghadang rombongan MacMahon.Kekhawatirannya terbukti saat dia berada tak jauh dari danau tempat berkumpul pelarian itu.Masih di dalam belantara,dia sudah mendengar tembakan sahut bersahut.Saat sampai di pinggir padang lalang dia melihat heli yang sedang menaikan pelarian itu.Beberapa dekat heli dia lihat terjungkal.Dia berlari dan menghamburkan tembakan kesegala penjuru,ke arah tentara Vietnam.
Dia tak berusaha berlindung,karena ingin mengalihkan semua perhatian tentara Vietnam itu kepadanya,agar heli itu bisa mengudara,menyelamatkan para pelarian.Beberapa tentara Vietnam yang mendekati heli itu terjungka; kena pelurunya.Taktiknya berhasil,belasan tentara Vietnam itu berbalik arah padanya,hingga mereka lupa kalau heli itu bisa lolos.Tapi mereka harus menembaki lelaki yang baru datang itu agar mereka tak kena tembakan dan mati konyol.
Dia makin merengsek kearah tengah padang itu.Dia menjadikan dirinya umpan peluru.Dan saat itu heli itu berhasil mengudara.Namun heli itu masih dalam jangkauan tembakan dan belum aman.Dan dia kembali berhasil menembak beberapa tentara Vietnam yang mencoba menembaki heli itu.Namun bahunya kena tembakan sebuah peluru,dia tersentak kebelakang.Tapi dia berusaha untuk itdak rubuh,dan kembali menembak.
Heli itu berhasil meloloskan diri,tapi kembali perutnya dihajar peluru.Dia tersentak lagi kebelakang dan masih berusaha untukmenembak,tapi ‘klik’ pelurunya habis.Dia melemparkan senjatanya dan mengagkat tangan tinggi-tinggi keudara,tapi perang kali ini Dalam Neraka Vietnam,yang sangat buas.Meski sudah menyerah tetap saja dua peluru menghantam perut dan bahunya,dia tersentak-sentak kebelakang.
Kepalanya terdongak kelangit dan sepintas dia melihat heli sudah jadi sebuah titik di langit merah bagian selatan sana.Lalu belasan tentara itu mengepungnya dengan senapan mengarah padanya.Dia masih manusia biasa,walau tadi beberapa peluru telah menghantam tubuhnya.Dia bisa bertahan mungkin karena dua hal.
Pertama,karena tubuhnya amat terlatih,kenyal dan liat.Kedua,dia tahu tawanan yang dia tolong membebaskannya itu lolos dari maut.Lalu setelah dia melihat heli itu lolos,daya tahan tubuhnya sampai ke batas,dia rubuh bagaikan batang pisang yang di tebang.Di sinilah dia kini,di suatu tempat yang tak pernah dia kenal sebelumnya,Dalam Neraka Vietnam.
Dia merasa kalau pasti ada sesuatu yang akan dilakukan tentara Vietnam itu terhadap dirinya sehingga dia masih di biarkan hidup.Jika tak salah ada empat atau lima peluru yang menghajar tubuhnya dalam pertempuran senja itu.Kendati tidak ada yang mengenai tempat mematikan,namun dia sebanarnya tak mungkin hidup.Mengingat begitu banyak peluru dan darah yang keluar.Dai yakin pasti tentara Vietnam itu menginginkan sesuatui dari dia.’Sesuatu’itu di pastikan informasi.Mereka pasti ingin mengorek informasi tentang tentara Amerika dari dia.
Mungkin mereka menyangka kalau dia di tugaskan untuk membebaskan tentara-tentara Amerika yang di tawan tentara Vietnam.Tapi ada untungnya juga dia diduga bagian dari tugas itu.Jika tidak,pasti dia sudah dihabisi,atau ditinggalkan saja bergelimpang di padang lalang tersebut.Dan akan mati kehabisan darah,kemudian akan jadi santapan harimau atau biawak di padang lalalng dekat danau itu.
Dia tidak tahu,apakah lebih baik di makan harimau dan habis di santap belatung di padang lalang itu,atau tergantung disini.Sebab dia sudah mendengar akan kebuasan dan sadisnya tentara Vietnam melakukan tawanan mereka.Sehingga tentara Amerika yang di berhasil di bebaskan,banyak yang mengalami cacat fisik dan cacat jiwa.Kini dia berada di tengah tentara Vietnam itu,ysng tengah penuh amarah karena tawanan mereka berhasil meloloskan diri.
Hanya sejauh manakah pemahaman tentara Vietnam itu,kalau dia bukan lah bagian dari misi atau operasi pembebasab tentara Amerika.Dia tak tahu mana yang terbaik.Kalau tentara Vietnam itu mengetahui kalau dia bagian dari operasi itu atau datang sendirian.kalau orang-orang ini menyangka dia bagian dari operasi,pasti mereka akan mengorek informasi sebanyak mungkin.
Untuk itu dia haqqul yakin kalau siksaan berat akan dia terima.Dan kalau mereka tahu dia datang sendirian,pasti amarah tentara-tentara Vietnam itu telah diubun-ubun.Karena melalui dua tangannya lah para tawanan itu berhasil meloloskan diri dan menghancurkan barak-barak mereka.Dan terbunuh juga Komandan mereka yang berpangkat Kolonel.
Sungguh sulit membayangkan siksaan seperti apa yang akan dia terima.Perlahan dia membuka mata,dan memandang kakinya yang terikat di sebuah kayu sebesar paha,dan kedua tangannya juga terikat terpentang kekiri dan kekanan yang diikatkan kedua buah pohon.Tali yang mengikatnya adalah tali dari kulit kayu khusus yang di pintal.Kukuh dan kenyal.
Setiap dia menggerakkan kaki atau tangan,ikatannya kian mencengkam dan semakin menyakitkan.Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuat dia memejamkan mata dan tertidur.lebih tepatnya dia pingsan lagi dari pada di bilang tidur.Sebab di gantung dengan posisi itu,mungkin tak seorangpun akan bisa tidur betapun lelahnya.
Si Bungsu tidak menyadari kalau darah sudah menetes dari hidung,telinga dan mulutnya.Panas yang menyengat dan suara burung yang bersahut-sahutan membuat dia kembali membuka matanya,tapi setelah matanya terbuka kembali dia memejamkannya karena tak tahan silau cahaya matahari.
Kaki dan tangannya telah menjadi mati rasa.Ketika dia kembali berusaha membuka matanya pelan-pelan,dia tak melihat apa-apa selain silau cahaya.
Dia buka matanya agak lebar,ada sedikit bayangan rumah dan pohon,kemudian orang berjalan,namun amat samar-samar.Saat dia menarik nafas dia rasakan sesuatu di hidungnya.Saat itulah dia menyadari kalau ada yang melapisi selaput matanya,sehingga dia tak bisa melihat dengan jelas adalah darah yang mengalir dari hidungnya.

Dalam Neraka Vietnam-bagian-656
Di mulutnya dia rasakan sesuatu yang kental dan asin. Dia coba merasakannya dengan ujung lidah. Darah ternyata tidak hanya mengalir dari hidung, tetapi juga dari mulutnya. Si Bungsu menarik nafas. Dia menyadari siksaan yang dialaminya sekarang baru “tahap pembukaan”. Siksaan yang lebih dahsyat akan menantinya setelah ini. Dia yakin akan hal itu. Dia terbatuk, nafasnya sesak. Dan orang-orang Vietnam yang berada di rumah-rumah yang terbuat dari bambu, yang berada di sekitar tempat si Bungsu digantung pada menoleh.
Mereka saling berbisik atau bicara, mengatakan tawanan itu sudah sadar. Tiga tentara berjalan ke arahnya. Dia tahu jumlahnya tiga orang karena pendengarannya masih berfungsi dengan amat baik. Jarak antara tempat dia digantung dengan ketiga orang yang melangkah itu sekitar dua puluh depa. Dua di antara yang datang itu memakai sepatu tentara. Yang satu lagi, memakai sepatu karet. Dia bisa menandai perbedaan dari geseran langkah ketiga orang tersebut. Dia menarik nafas, mensyukuri pendengarannya masih bisa diandalkan. Dibukanya mata, namun yang terlihat hanya bayangan yang amat kabur. Darah masih tetap menutupi kornea matanya.
Seseorang bicara kepadanya. Dia tak faham karena orang itu bicara dalam bahasa Vietnam. Sebenarnya orang itu tidak bicara, melainkan membentak. Dia mencoba untuk tersenyum. Apakah pula gunanya orang ini membentak dirinya, pikirnya. Orang itu nampaknya memang seperti sepakat dengan apa yang difikirkan si Bungsu. Tak ada gunanya membentak, lebih baik menerjang! Si Bungsu mendengar desahan angin ke arah tubuhnya, sebelum tendangan sepatu tentara itu menghajar dadanya. Darah segar segera menyembur dari mulutnya akibat tendangan itu.
Dia tak tahu apakah ada tulang dadanya yang patah. Namun sakitnya luar biasa. Seseorang dia dengar berbicara, bukan orang yang menendangnya. Dia kenal suara itu. Suara Lok Ma! Orang yang menendangnya itu kemudian membentak lagi. Kali ini bentakkan bukan ke arahnya, melainkan pada Lok Ma. Lok Ma mendekat, menjambak rambutnya, lalu bicara padanya dalam bahasa Inggris.
“Kawan, saya harus melakukan ini padamu. Jangan sebut namaku. Jangan sampai orang-orang ini mengetahui engkau mengenalku. Tetaplah pura-pura pingsan….”
Si Bungsu tiba-tiba merasa punya ‘teman’ dalam kondisi yang kritis itu. Dia tahu, Lok Ma bicara dalam bahasa Inggris tentu karena kedua orang lainnya itu tak mengeri bahasa Inggris. Dia membuka mata. Namun yang kelihatan hanya bayang-bayang kabur. Jika dia melihat dengan jelas wajah Lok Ma, bukan karena penglihatannya sudah menjadi terang, tetapi wajah lelaki itu menjadi jelas karena rekamannya ada dalam ingatannya.
“Tolong hapus darah di mataku…” ujarnya dengan suara bergetar menahan sakit.
Lok Ma bercarut kesal. Orang ini disuruh agar terus pura-pura pingsan agar tidak disiksa, malah ngomong minta tolong. Namun Lok Ma merasa kasihan juga melihat darah yang mengalir dari hidung dan mulut lelaki tangguh ini. Dia berteriak ke arah barak. Bicara dalam bahasa Vietnam. Tak lama kemudian seorang kanak-kanak datang membawa sebuah panci alumunium putih yang biasanya dipakai tentara sebagai tempat ransum yang sudah penyok-penyok, berisi air dan sebuah kain lap yang sudah compang camping.
Lok Ma membasahkan kain lap compang camping itu ke air di tempurung kelapa tersebut. Kemudian dengan kain lap yang sudah dibasahi itu dia bersihkan darah yang mengalir dari hidung dan mulut si Bungsu. Dengan hati-hati dia bersihkan darah yang menempel di mata lelaki tersebut. Beberapa saat kemudian si Bungsu bisa melihat ketiga lelaki yang berada di depannya. Dari posisinya sekarang, ketiga lelaki itu dia lihat seperti anak-anak sedang dalam posisi senam standen di sekolah. Kaki di atas, kepala di bawah.
Kendati dalam keadaan sekarat dan nyawanya di ujung tanduk, namun rasa geli melihat seolah-olah ketiga orang itu kakinya berada di bahagian atas, si Bungsu tak dapat menahan senyumnya. Yang dia gelikan sebenarnya bukan ketiga orang itu, melainkan dirinya sendiri. Apa yang dikhawatirkan Lok Ma segera terjadi. Lelaki tinggi besar berpangkat kapten, yang tadi menghantam dadanya, hingga dia muntah darah, kini menjadi berang melihat tawanan tersebut senyam-senyum segala.
Kaki kanannya yang besar itu terhayun. Lok Ma terpaksa memiringkan tubuhnya ke kanan, agar tak terkena tendangan si kapten. Akibatnya bukan main, kaki bersepatu besar itu menghajar kepala si Bungsu dari bawah. Seperti orang menendang bola yang sedang jatuh dari operan. Tendangan itu menghajar persis di ubun-ubun si Bungsu. Saking kerasnya tendangan itu, seiring suara berderak, mungkin dari tulang leher, tubuh si Bungsu yang tergantung terangkat sampai setengah meter.

Dalam Neraka Vietnam-bagian-657
Saat jatuh usai ditendang itu membuat cengkeraman tali pengikat kaki dan tangannya semakin mengencang. Tubuh si Bungsu tak sempat berkelonjotan. Lok Ma melihat mata lelaki itu hanya tinggal putihnya. Wajahnya sudah seperti mayat. Lok Ma, sersan pencari jejak itu merasa bulu tengkuknya merinding melihat demikian kuatnya tendangan si kapten. Suara berderak akibat tendangan itu dipastikan dari salah satu sumber. Jika tidak tulang leher yang patah, pastilah tempurung kepala si Bungsu yang pecah.
Yang manapun di antara kedua kemungkinan itu yang terjadi, akibatnya sama saja. Mati! Belasan tentara Vietnam yang sedang membersihkan senjata di depan pondok-pondok, maupun belasan penduduk sipil lelaki dan wanita serta anak-anak menyaksikan peristiwa itu. Mereka berdiam diri. Lok Ma menggertakkan gerahamnya. Dia berdiri menatap pada si kapten dengan mata berapi dan berkata dengan nafas sesak.
“Kita diperintahkan untuk menjaga orang ini tetap hidup, agar komandan bisa menanyainya. Saya rasa dia sudah harus dikubur sekarang. Saya tak ikut bertanggung jawab!” ujar Lok Ma sambil meninggalkan tempat itu.
“Binatang seperti ini tak boleh dibiarkan hidup. Lebih cepat dia mati lebih baik…” sergah si kapten.
Nada suara perwira bertubuh tinggi besar itu terdengar memancarkan kepuasan setelah dia melihat tubuh lelaki yang sudah menimbulkan banyak sekali korban di pihaknya itu hanya terayun-ayun kecil, dan matanya hanya kelihatan bahagian putihnya. Kapten sadis yang tadi menendang dada si Bungsu, sehingga dia muntah darah itu, dan yang sebentar ini menendang kepalanya sehingga dia semaput, adalah kapten yang memburunya seusai dia bertahan bersama Letnan Duval, Roxy dan Thi Binh. Yang memerintahkan agar Lok Ma bersama dua orang lainnya membuat jebakan untuk membunuh si Bungsu.
Usai pertempuran di padang lalang dekat rawa luas itu, di mana para pelarian lolos bersama helikopter karena si Bungsu memberikan perlindungan, sisa pasukan Vietnam itu menyingkir jauh sekali. Mereka sungguh terkejut tatkala mendapati masih ada pasukan Amerika yang menusuk ke jantung Vietnam dan melibatkan diri dalam peperangan.
Padahal negara ini kini sudah sepenuhnya milik Vietnam. Artinya, kehadiran tentara Amerika tanpa izin di wilayah tersebut merupakan suatu pelanggaran atas kedaulatan Vietnam. Apalagi jika mereka datang lagi memerangi Vietnam. Benar-benar sebuah pelanggaran hukum internasional yang amat berat.
Tapi karena mereka tidak memiliki radio, karena radio yang berada di barak sudah dihancurkan oleh si Bungsu dan teman-temannya, diperlukan waktu yang cukup lama untuk bisa melaporkan kasus pelanggaran berat pihak Amerika itu ke ibukota. Ketika laporan itu akhirnya sampai ke kota Ho Chi Minh, nama baru untuk Hanoi, Amerika sudah mempunyai jawaban. Jawaban pihak Amerika justru membuat pemerintah Hanoi kebakaran jenggot. Pentagon, markas besar angkatan bersenjata Amerika, yang sudah dilapori oleh Laksamana Lee, Komandan USS Alamo, justru menyerang balik penguasa di Hanoi.
Amerika memasuki Vietnam untuk membebaskan tentara dan warga negaranya yang ditawan secara semena-mena dan tidak berkeperimanusiaan. Vietnam ternyata melakukan kebohongan besar, mengatakan mereka tidak menawan seorang pun tentara Amerika.

Tidak ada komentar: