Senin, 04 November 2013

tikam samurai - Dalam Kecamuk Perang Saudara -bagian 414

Dalam Kecamuk Perang Saudara -bagian-414-
si bungsu
”Saya tidak tahu apa maksud Nona mencarinya, mudah-mudahan untuk kebaikan kalian berdua. Kalau benar dia yang ingin Nona temui di daerah bergolak itu, Nona bisa ikut dengan pesawat militer yang akan berangkat sebentar lagi…” ujar mayor itu akhirnya.
Michiko menarik nafas lega. Dan siang itu dia memang berangkat dengan pesawat Hercules menuju Padang. Ikut bersama prajurit-prajurit PGT dan Infantri yang akan betugas di sana. Bahkan sesampai di Padang dia mendapat tompangan dengan jip militer yang kebetulan langsung ke Bukittinggi dari lapangan Tabing. Jip militer itu mengantarkannya sampai ke Hotel Indonesia, di daerah Stasiun Kota Bukittinggi. Disanalah dia menginap, sambil mencari informasi di mana si Bungsu, musuh besarnya!

Pagi itu, ketika si Bungsu keluar hotel, setelah subuh tadi didatangi mimpi yang amat menakutkan, di hotel yang sama Michiko memang telah lebih dahulu keluar. Gadis itu menikmati udara pagi yang amat sejuk. Hari itu hari Sabtu. Hari dimana pasar besar di kota tersebut. Dari hotel Michiko berjalan perlahan ke arah pasar. Hari masih pagi benar. Embun masih menebarkan dirinya seperti awan tipis. Menggantung rendah di permukaan bumi. Tapi orang sudah ramai. Berjalan bergegas. Ada yang menjunjung bakul di kepala. Ada yang menolak gerobak beroda satu yang sarat oleh sayur-sayuran. Semua bergegas seperti memburu sesuatu. Beberapa orang di antara mereka menoleh pada Michiko. Barangkali merasa sedikit heran melihat seorang gadis berjalan sendirian di pagi buta begitu. Sesuatu yang kurang lazim di kota tersebut.
Pagi itu si Bungsu mengurungkan niatnya untuk pulang ke Situjuh. Kedatangan Michiko merobah niatnya itu. Apapun maksud kedatangan gadis itu, satu hal adalah pasti. Yaitu mencari dirinya. Dan dia tahu, bahwa gadis itu akan menuntut balas kematian ayahnya. Dia tak boleh pergi.

Tidak ada komentar: